Likuiditas Aman, BRI Genjot Permintaan Kredit Pasca Pandemi

BRI telah merestrukturisasi kredit sampai dengan Rp 163 triliun dan masih memiliki likuiditas yang cukup kuat.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 27 Jun 2020, 14:46 WIB
Ilustrasi pelayanan Bank Rakyat Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Rakyat Indonesia (BRI) menyatakan telah merestrukturisasi kredit sampai dengan Rp 163 triliun, dan masih memiliki likuiditas yang cukup kuat.

"BRI sampai dengan hari ini, kalau kita ngomong likuiditas sebenarnya kita sudah merestrukturisasi sampai Rp 163 triiliun kredit, artinya ada potensi tidak terterimanya angsuran pokok di BRI. Tapi kita tetap jaga bahwa likuiditas kita kuat, terbukti bahwa Load To Deposite Ratio (LDR) BRI itu masih terjaga di sekitar 90 persen, itu sangat sehat," jelas President Director BRI, Sunarso dalam talkshow Indonesian Consumers Outlook: Understanding the Market from Nation’s Biggest Bank, Sabtu (27/6/2020).

Artinya, lanjut Sunarso, BRI dari sisi kalpital CAR-nya cukup tinggi yang berkisar pada 18 persen. "Itu artinya kecukupan modal BRI untuk tumbuh kredit, cukup," imbuhnya.

Dengan LDR sekitar 90 persen, maka likuiditasnya akan cukup untuk kredit. Namun demikian, Sunarso lebih menekankan dari sisi demand yang terganggu akibat pandemi Covid-19, yang diharapkannya segera pulih.

"Kalau LDR kita sekitar 90 persen, itu artinya likuiditas kitapun cukup untuk kredit, sekarang tinggal demandnya bagaimana, demandnya kredit itulah yang kita harapkan segera pulih," kata dia.

Menurut Sunarso, saat masyarakat mulai kembali beraktivitas dalam masa transisi PSBB ini, maka saat itu pula demand mulai terbentuk. Dimana masyarakat mulai menggunakan uang mereka untuk berbagai hal yang lebih bervariatif, sehingga demand pasar mulai terbentuk.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perputaran Ekonomi

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI dan menurunkan suku bunga.

Dari demand pasar ini maka sisi produksi akan terpacu, sehingga meningkatkan demand terhadap kredit. Begitu kemudian perekonomian mulai berputar.

"Ketika orang mulai beraktivitas lagi, mulai berinterksi lagi untuk mnggerkakan ekonomi maka mulai timbul keinginan untuk beli ini beli itu, timbul kebutuhan makan lebih bervariasi dan mulai pergi lagi ke tempat rekreasi, dan kemudian itu akan memacu produksi dan nanti akan meningktakan demnad terhadap kredit," bebernya.

"Demand kredit itu butuh likuiditas, dan begitu seterusnya, maka itulah yang akan memutar ekonomi kita untuk tumbuh," sambung Sunarso.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya