Sragen - Pembongkaran lebih dari 206 tugu perguruan silat yang ada di Bumi Sukowati menjadi solusi untuk mengatasi konflik yang kerap muncul akibat kesalahpahaman antaranggota.
Dengan tidak adanya tugu, mereka yang terlibat konflik tidak bisa meluapkan kekesalan dengan cara merusak bangunan yang mejadi simbol perguruan silat tertentu. Dalam catatan Solopos.com, konflik horizontal itu biasanya dipicu oleh permasalahan pribadi dari masing-masing anggota perguruan silat.
Baca Juga
Advertisement
Salah satu di antaranya dipicu karena persoalan aksi saling sikut saat mereka menikmati pementasan musik dangdut. Hal ini seperti yang pernah terjadi di wilayah Mondokan pada akhir Maret 2020 lalu.
Kejadian itu memicu aksi pengrusakan tugu Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) di sejumlah wilayah seperti Sukodono dan Sidoharjo oleh anggota Ikatan Keluarga Silat Putra Indonesia (IKSPI) Kera Sakti Sragen. Aksi itu kemudian dibalas oleh kubu PSHT Sragen.
Ribuan massa PSHT diduga merusak tugu IKSPI Kera Sakti di enam titik. Salah satunya tugu perguruan silat yang berlokasi di Ring Road Utara Sragen, tepatnya di Kampung Bangak, Kelurahan Sine, Sragen.
Selain merusak tugu IKSPI Kera Sakti, massa juga melempari rumah warga dengan batu hingga membuat beberapa genting pecah, pagar besi rusak dan kaca meja pecah.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Tugu Perguruan Silat Pagar Nusa Akan Dibongkar?
Meski tidak pernah ikut larut dalam koflik, sejumlah perguruan silat di Bumi Sukowati ikut kena getahnya. Sebut saja perguruan silat Pagar Nusa (PN) Sragen yang bernaung di bawah yayasan Nahdhatul Ulama.
“Saya belum tahu adanya perintah untuk membongkar semua tugu perguruan silat itu karena memang tidak diundang dalam pertemuan bersama Kapolres Sragen. Secara organisasi, saya perlu merapatkan dulu dengan jajaran pengurus untuk menyikapi hal itu,” kata Ketua Pimpinan Cabang PN Sragen, M. Irfan Chumaidi, kepada Solopos.com, Jumat (26/6/2020).
Dalam waktu dekat, Irfan akan mengumpulkan pengurus untuk menyikapi perintah pembongkaran semua tugu perguruan silat di Bumi Sukowati. Menurutnya, terdapat lebih dari 10 tugu milik PN Sragen yang berdiri di Bumi Sukowati.
Sebagian sudah dibangun lima tahun lalu. Sebagian baru dibangun dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan, saat ini PN Sragen juga ada rencana untuk membangun beberapa tugu lagi secara swadaya.
“Untuk membangun tugu itu dibutuhkan biaya yang bervariasi mulai dari Rp8 juta hingga Rp10 juta. Tapi kalau demi menjaga Sragen tetap kondusif, secara pribadi, saya tidak keberatan bila tugu yang kami miliki dibongkar. Itu juga demi menjaga kerapian dan keindahan lingkungan,” papar Irfan.
Dapatkan berita menarik Solopos.com lainnya, di sini:
Advertisement