Liputan6.com, Jakarta Banyak orang masih kesulitan menghentikan kebiasaan merokok. Namun, menurut peneltian perokok yang jago matematika, bisanya lebih mudah menghentikan kebiasaan merokok.
Hal ini terjadi karena perokok yang suka matematika memiliki ingatan yang lebih baik terkait berbagai risiko merokok. Hal ini membuat mereka memahami risiko lebih besar dari merokok serta niatan yang lebih besar untuk berhenti merokok seperti dilansir Medical Xpress.
Advertisement
"Seseorang yang memiliki kemampuan matematika yang baik, bisa mengingat lebih banyak angka menyeramkan mengenai risiko merokok yang kami berikan. Hal ini menimbulkan munculnya perbedaan," terang Brittany Shoots-Reinhard, peneliti dan asisten profesor di Ohio State University, Amerika Serikat.
"Hasil penelitian ini mungkin membantu menjelaskan mengapa banyak penelitian menemukan bahwa perokok yang lebih berpendidikan cenderung lebih berhasil berhenti," sambungnya.
Penelitian ini melibatkan 696 perokok usia dewasa di Amerika Serikat yang terlibat studi ini secara online. Penelitian dilakukan dengan menunjukkan partisipan berbagai peringatan mengenai merokok.
Peneliti kemudian menanyai narasumber mengenai reaksi emosional dari setiap label peringatan. Kemudian baik langsung setelahnya maupun enam minggu kemudian, peneliti menanyai seberapa banyak informasi risiko merekok yang mereka ingat.
Mereka juga diminta untuk menjawab pertanyaan mengenai persepsi mereka terkait risiko merokok. Selanjutnya mereka juga diminta memberi penilaian apakah mereka bakal berhenti merokok pada 30 hari ke depan atau pada tahun depan.
Tahu Risiko Merokok
Partisipan yang memiliki nilai numeral lebih tinggi cenderung memiliki ingatan terkait risiko merokok termasuk statistik yang lebih baik. Hal ini diketahui berhubungan dengan persepsi risiko serta keinginan berhenti yang lebih tinggi.
Shoots-Reinhard menyarankan menggunakan infografis sederhana serta perangkat yang serupa untuk membantu perokok yang pandai matematika memahami risiko dengan lebih baik.
"Kami ingin orang-orang memahami informasi risiko dalam tujuan untuk membuat keputusan yang lebih berisi. Hasil penelitian kami mengungkap bahwa hal tersebut bisa membantu mereka membuat keputusan untuk berhenti," terang Shoots-Reinhard.
Sumber: Merdeka.com/Penulis: Rizky Wahyu Permana
Advertisement