Mahasiswa Diminta Gencarkan Riset Pangan Atasi Dampak Covid-19

FAO dan IFPRI sudah memperingatkan akan adanya krisis pangan yang terjadi bukan karena lonjakan harga pangan, tetapi karena ekonomi anjlok dan daya beli terganggu.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2020, 10:16 WIB
Ilustrasi pangan. Dok Unsplash

Liputan6.com, Jakarta Generasi muda didorong untuk melakukan riset pangan sebagai upaya membantu mengatasi dampak pandemi Covid-19. Tak hanya saat pandemi tetapi juga mengatasi pangan secara umum.

Ini diungkapkan Pakar ekonomi pertanian dari Universitas Negeri Lampung Prof Dr Ir Bustanul Arifin, saat peluncuran IRN 2020 di Jakarta, Sabtu (27/6/2020).

"Penelitian di bidang pangan sangat dibutuhkan pada saat ini, terutama dalam mengatasi dampak pandemi ini. Penelitian di bidang pangan apapun itu silakan kirim ke Indofood Riset Nugraha (IRN). Misalnya penelitian bidang ekonomi pangan, ketahanan pangan dan gizi, COVID-19 dan rantai nilai, sistem produksi pangan, panen maupun pascapanen, hingga digitalisasi pangan," ujar Bustanul seperti melansir Antara, Minggu (28/6/2020).

Dia menjelaskan FAO dan IFPRI sudah memperingatkan akan adanya krisis pangan yang terjadi bukan karena lonjakan harga pangan, tetapi karena ekonomi anjlok dan daya beli terganggu.

Krisis pangan dipicu oleh persoalan akses pangan terganggu. Kondisi itu akan lebih parah lagi jika ketersediaan pangan turun.

"Pemerintah menyediakan dana Rp 405 triliun untuk penanggulangan COVID-19 dan Rp 641 triliun untuk skema pemulihan ekonomi nasional," terang dia.

Oleh karena itu, riset di bidang pangan sangat dibutuhkan pada era normal baru. Untuk penelitiannya, lanjut Bustanul, bisa dengan menggunakan data sekunder maupun terjun langsung ke lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan.

 

Saksikan video di bawah ini:


Program IRN

Ilustrasi pangan. Dok Unsplash

Program IRN tahun akademik 2020/2021 kembali dibuka bagi mahasiswa S1 tingkat akhir semua jurusan untuk memperoleh bantuan dana riset.

Program tersebut mengangkat tema "Milenial dan Penelitian Pangan Era Kenormalan Baru Menuju Indonesia Maju".

"Kami terus berupaya mendukung agar mahasiswa S1 dapat menyelesaikan riset atau tugas akhirnya sebagai syarat kelulusan. Tetapi kami percaya, mahasiswa sebagai generasi milenial yang tanggap teknologi akan mampu beradaptasi dan melakukan berbagai penyesuaian di era kenormalan baru," ujar Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Axton Salim.

Selain memberikan bantuan dana riset, mahasiswa juga akan mendapatkan bimbingan langsung dari Dewan Pakar IRN. Sehingga dengan perpaduan kreativitas milenial dan bimbingan dari para pakar, memungkinkan semakin banyak riset yang aplikatif, mudah dan menjadi solusi bagi masyarakat seperti untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Axton menjelaskan program IRN terus mendorong penelitian pangan berbasis pada kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.

"Pangan lokal Indonesia sangat beragam dan memiliki potensi untuk dikembangkan. Di sinilah diperlukan inovasi-inovasi dari berbagai sisi baik teknologi, nilai gizi, pengembangan sistem, kreativitas kemasan, marketing hingga sistem distribusinya. Pada akhirnya riset pangan yang unggul dapat mendukung kemandirian pangan nasional," terang Axton.

Program IRN diperuntukkan bagi mahasiswa S1 yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya dan berasal dari berbagai jurusan. Objek penelitiannya mulai sumber daya pangan lokal baik berasal dari darat maupun laut, aneka pangan sumber karbohidrat (seperti serelia jagung, sorgum, gandum, aneka umbi, dan lainnya), kelapa dan kelapa sawit, rempah-rempah, hasil ternak, hasil laut dan perikanan serta produk pangan lokal unggul lainnya.

Adapun bidang penelitiannya meliputi bidang produksi (agro teknologi), teknologi (pasca panen dan pengolahan), kesehatan dan gizi masyarakat, serta bidang sosial ekonomi dan budaya.

Untuk mendapatkan dana penelitian, mahasiswa perlu mendaftarkan proposal penelitiannya melalui website www.indofoodrisetnugraha.com atau mengirimkan email ke indofoodrisetnugraha@indofood.co.id mulai 27 Juni hingga 30 Juli 2020. Syarat lainnya adalah jangka waktu penelitian paling lama satu tahun.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya