Liputan6.com, Jakarta - Bakti Budaya Djarum Foundation kembali menghadirkan rekaman pementasan teater yang dapat ditonton di rumah melalui program "NontonTeaterDiRumahAja". Salah satunya adalah rekaman pementasan Tanda Cinta yang diproduksi oleh Teater Koma.
Lakon ini ditayangkan pada 27--28 Juni pukul 15.00 WIB di situs web dan channel YouTube Indonesia Kaya. Tanda Cinta adalah rekaman pementasan yang digelar pada 27--29 Juli 2005 lalu di Gedung Kesenian Jakarta.
Pesan spesial hadir dalam pementasan ini. Tanda Cinta dilaksanakan spesial menyambut hari jadi pernikahan Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno yang ke-27 pada 28 dan 29 Juli (1978--2005).
Baca Juga
Advertisement
"Teater Koma merupakan salah satu kelompok seni yang produktif dalam berkarya dan senantiasa menghadirkan lakon-lakon dengan sudut pandang yang unik, seperti dalam Tanda Cinta ini. Lakon yang ditulis oleh N. Riantiarno ini menjadi hadiah pernikahan yang tidak biasa," kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com.
Renitasari melanjutkan, kesetiaan suami dan istri dalam lakon ini juga dapat menjadi panduan untuk senantiasa sabar dalam mendampingi keluarga dan orang-orang terkasih. Selain itu juga mudah memaafkan dan berusaha memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
"Kehangatan di dalam rumah harus selalu terjaga terutama dalam kondisi #dirumahaja seperti akhir-akhir ini," tambah Renitasari.
Pementasan yang dimainkan oleh N. Riantiarno dan Ratna Riantiarno ini berkisah tentang pasangan suami istri yang telah lama menjalani kehidupan rumah tangga dan kini memasuki usia senja. Timbul pertanyaan dari suami: 'masih adakah cinta di antara kita?'. Suami hanya ingin mendengar jawaban masih ada atau tidak ada.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Segalanya dari Cinta
Pertanyaan tersebut selalu mendapat jawaban panjang lebar dari istri yang malah menimbulkan berbagai pertanyaan baru. Bagi istri, mencintai tak harus selalu dengan kata-kata, tapi lebih nyata jika berupa tindakan. Sedangkan bagi suami, meski tindakan penting, kata-kata juga penting.
Merasa penasaran, suami mencetak dan menyebarkan pamflet cinta yang berisi sebuah pertanyaan: 'Masih adakah cinta di antara kita?' Dengan hanya memberikan dua jawaban untuk dipilih: 'masih ada' atau 'tidak ada'.
Pamflet cinta itu kemudian disebar ke ruang publik dan berharap masyarakat sudi menjawab. Namun, tak satupun pamflet kembali dan tidak ada jawaban yang datang. Suami bertanya kepada langit, tapi langit malam hanya digantungi bintang, yang meskipun bercahaya gemerlapan tapi diam membisu.
Ketika usia semakin lanjut, suami menyadari jawaban tidak perlu dicari terlalu jauh. Istri yang setia mendampingi merupakan sumber berbagai jawaban. Pertanyaan 'Masih adakah cinta di antara kita?', sesungguhnya sudah terjawab sejak lama. Tapi, apakah pertanyaan klasik itu perlu dilantunkan lagi?
"Pertanyaan 'Masih adakah cinta di antara kita?' bisa merupakan pertanyaan yang bersifat personal, tapi bisa juga merupakan pertanyaan laten kita. Pertanyaan itu tak hanya berlaku untuk rumah tangga tapi juga bermasyarakat," kata N. Riantirano yang juga berperan sebagai sutradara dalam pementasan ini.
"Ketika masyarakat saling mencintai, maka tidak akan ada perkelahian, perseteruan, isu sara, korupsi, dan sebagainya. Inilah yang menjadi tugas bersama bagi kita bagaimana untuk terus menumbuhkan cinta kepada sesama manusia," tambahnya.
Baca Juga
Advertisement