Orang Terkaya Dunia Kecewa dengan Cara Penanganan Covid-19 di Negaranya

Co-founder Microsoft ini telah mengingatkan tentang ancaman penyakit menular selama bertahun-tahun.

oleh Nurmayanti diperbarui 28 Jun 2020, 21:00 WIB
Pendiri perusahaan raksasa Microsoft, Bill Gates (AFP PHOTO/SAUL LOEB)

Liputan6.com, Jakarta Miliarder sekaligus orang terkaya dunia, Bill Gates mengungkapkan kegundahan tentang penanganan pandemi Covid-19. Kondisi penanganan pandemi Covid-19 secara global maupun di dalam negerinya sendiri dikatakan jauh dari prediksinya.

“Karena perilaku dan pelacakan kontak tidak berfungsi dengan baik (di AS), kami terus memiliki penyebaran kasus yang sangat besar. Dan itu memalukan,” kata Gates, seperti melansir laman CNBC, Minggu (28/6/2020).

Co-founder Microsoft ini memang telah mengingatkan tentang ancaman penyakit menular selama bertahun-tahun. Pada TED Talk 2015, dia sempat mengatakan jika dunia tidak siap untuk menghadapi epidemi berikutnya.

Gates tampak masih sangat kecewa dengan respons Amerika Serikat terhadap keberadaan pandemi yang melanda negaranya saat ini. Terutama dalam kurangnya pesan kepemimpinan dan koordinasi.

Alasan lain mengapa AS paling terdampak besar,"Orang-orang ambivalen untuk mengikuti protokol Covid-19 yang sangat penting, seperti mengenakan topeng dan mengkarantina diri," kata Gates.

Bill Gates melihat, beberapa masyarakat Amerika berperilaku sangat konservatif dan seakan mengabaikan keberadaan epidemi besar yang sedang terjadi. "Orang-orang seperti sudah hilang kesabarannya," kata dia.

Bahkan, dia kecewa saat beberapa orang membawa masalah kesehatan ini dengan mengkaitkannya dalam masalah politik.

Sebagai contoh, tuduhan terhadap Presiden Donald Trump tentang mempolitisasi pemakaian masker. Ini terjadi saat sebelum maupun ketika Trump menggelar kampanyenya.

Trum mengatakan mengatakan orang-orang harus melakukan apa yang mereka inginkan, tentang aturan memakai masker ini.

Di sisi lain, Calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden justru mengatakan, jika terpilih akan membuat aturan tentang penutup wajah.

 

Saksikan video di bawah ini:


Gelombang Kedua di Musim Dingin

Patung The Fearless Girl yang dipasangi masker terlihat di depan Bursa Efek New York selama pandemi COVID-19 di New York, Amerika Serikat, Senin (27/4/2020). Menurut Center for Systems Science and Engineering di Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 di AS melampaui 1 juta. (Xinhua/Michael Nagle)

Gates juga menyayangkan banyak warga Amerika yang mengabaikan untuk tetap di rumah, melakukan karantina dan memakai masker saat pembukaan lockdown.

Orang-orang yang belum pernah terkena Covid-19, atau setidaknya mengenal seseorang yang pernah jadi pasien disebut mungkin tidak memahami gawatnya situasi.

"Ini menunjukkan seakan-akan mereka ingin kembali terkena lockdown sekali lagi, dan untuk jangka waktu tertentu," tegas Gates.

Tidak seperti AS, negara-negara seperti Korea Selatan, Jerman, dan Australia telah berhasil melacak kontak dan mengkarantina saat menemukan warganya yang terinfeksi.

Sejatinya pandemi Covid-19 belum usai. Sangat penting bagi orang untuk mengambil tindakan pencegahan dengan serius. Gelombang virus lanjutan semakin dekat, dapat terjadi pada musim gugur dan musim dingin ketika cuaca semakin dingi.

Penasihat Gedung Putih, Dr. Anthony Fauci mengatakan bahwa gelombang kedua tidak bisa dihindari, selama orang-orang tetap bersikap keras kepala.

"Kita tahu sekarang bahwa kita mendapatkan manfaat dari musim panas," kata Gates.

Namun dia mengingatkan jika infeksi akan semakin buruk pada musim gugur. "Jadi semakin banyak alasan untuk tidak lalai dalam perilaku kita,” pinta dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya