Induk Harimau Susul Anak Masuk Perangkap

Setelah satu ekor anak harimau tertangkap beberapa waku lalu, kini induknya juga masuk perangkap.

oleh Novia Harlina diperbarui 29 Jun 2020, 16:00 WIB
Harimau sumatra liar yang berhasil ditangkap berada dalam kandang evakuasi di Desa Singgersing, Kota Subulussalam, Aceh, Minggu (8/3/2020). BKSDA Aceh mendatangkan pawang dan memasang perangkap untuk menangkap harimau yang selama ini memangsa ternak warga di daerah itu. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Solok - Seekor Harimau Sumatra kembali masuk perangkap yang sengaja dipasang Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Nagari Gantung Ciri Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Satwa dilindungi bernama ilmiah Panthera Tigris Sumatrae tersebut, diyakini masih ada hubungan darah dengan harimau yang sebelumnya sudah terlebih dahulu masuk perangkap.

"Harimau yang masuk perangkap pertama itu anaknya usia sekitar 1,5 tahun, dan yang baru tertangkap ini diperkirakan induknya," kata Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto, Minggu (28/6/2020).

BKSDA Sumbar mulai memasang perangkap di daerah itu sekitar dua minggu lalu, setelah warga melaporkan ada tiga ekor harimau masuk ke area perkebunan.

Kemudian pada 13 Juni 2020 didapati satu ekor harimau masuk ke dalam perangkap tersebut. Satwa langka itu kini direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra (PRHS) Dharmasraya.

Harimau yang baru tertangkap itu kini masih di Kabupaten Solok untuk diperiksa oleh dokter hewan sebelum tindakan selanjutnya.

"Rencananya akan digabungkan dengan anaknya yang terlebih dahulu ditangkap," ujarnya. 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


'Home Range' Harimau

Foto yang diambil pada 20 Juni 2020 memperlihatkan seekor Harimau Sumatra liar berjenis kelamin betina berlari keluar dari kerangkeng besi saat proses pelepasliaran di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Aceh. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Sebelum memasang perangkap, pengusiran sudah dilakukan bersama masyarakat setempat, namun tidak membuahkan hasil. Pemasangan perangkap menjadi pilihan terakhir BKSDA.

Erly menyebut ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya konflik manusia dan harimau. Salah satunya yakni alih fungsi lahan. 10 tahun lalu tempat tersebut adalah hutan.

Kemudian hutan tersebut saat ini beralih fungsi menjadi pemukiman atau ladang penduduk. Maka satu waktu harimau pasti akan kembali lagi ke tempat itu.

Wilayah jelajah itu disebut home range. Mereka akan mengingat tempat-tempat yang pernah dijelajahinya dahulu.

Namun ketika kembali ke tempat tersebut, harimau tidak akan tinggal dalam waktu yang lama, hanya sekitar tiga sampai empat hari.

"Perilaku satwa yang terlibat konflik rata-rata seperti itu, mereka pada saat tertentu akan datang ke tempat yang dikenalinya, namun hanya beberapa hari dia akan pergi sendiri," ucapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya