Bursa Saham di Asia dan Harga Minyak Kompak Turun di Awal Pekan

Saham di Asia Pasifik turun pada perdagangan Senin pagi karena jumlah kasus virus corona secara global terus meningkat.

oleh Septian Deny diperbarui 29 Jun 2020, 08:30 WIB
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Saham di Asia Pasifik turun pada perdagangan Senin pagi karena jumlah kasus virus corona secara global terus meningkat.

Dikutip dari CNBC, Senin (29/6/2020), di Jepang, Nikkei 225 tergelincir 1,5 persen. Sementara indeks Topix turun 1,38 persen.

Kospi Korea Selatan juga turun 0,98 persen. Sedangkan, S&P/ASX 200 Australia turun 1,65 persen. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan 0,31 persen lebih rendah.

Harga minyak turun di pagi hari jam perdagangan Asia, dengan patokan internasional berjangka minyak mentah Brent turun 1,58 persen menjadi USD 40,37 per barel. Minyak mentah berjangka AS juga turun 1,61 persen menjadi USD 37,87 per barel.

Di sisi data ekonomi, penjualan ritel di Jepang turun 12,3 persen tahun ke tahun pada bulanMei, menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri negara tersebut. Itu dibandingkan dengan perkiraan pasar rata-rata penurunan 11,6 persen, menurut Reuters.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Lonjakan Kasus Corona di AS

Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Investor terus memantau perkembangan seputar pandemi corona global di tengah kekhawatiran akan lonjakan kasus dapat berdampak pada pembukaan kembali ekonomi.

Secara global, lebih dari 500 ribu meninggal oleh virus corona karena jumlah infeksi melewati 10 juta, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.

Di AS, kasus virus corona baru-baru ini melonjak lebih dari 45 ribu dalam sehari, menurut data Universitas John Hopkins. Lonjakan baru-baru ini dalam kasus di Amerika Serikat telah menyebabkan beberapa negara seperti Texas dan Florida untuk menutup kembali beberapa bisnis.

“Negara bagian AS yang paling terpukul telah menunda pembukaan kembali ekonomi mereka. Beberapa kota atau negara bagian mungkin mengambil langkah lebih lanjut untuk menerapkan kembali penutupan atau pembatasan lain untuk memperlambat penyebaran virus dan membatasi tekanan pada layanan kesehatan. Semakin ketat dan meluas pembatasan, semakin lambat rebound ekonomi AS,” tulis para analis di Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan.

"Resesi double-dip AS mungkin terjadi jika pembatasan luas diterapkan kembali, yang mengarah ke lonjakan (dolar AS)," kata para analis.

Namun, mereka menyebutkan bahwa pengeluaran konsumen setiap hari di negara-negara yang dilanda virus corona ini terus pulih meskipun infeksi melonjak

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya