3 Alasan Mengapa MU Harus Jatuh Bangun Usai Periode Ferguson

Selama periode Sir Alex Ferguson, MU mengalami kejayaan. Di bawah Ole Gunnar Solksjaer, MU juga tampaknya sudah menemukan kembali kepercayaan

oleh Achmad Yani Yustiawan diperbarui 29 Jun 2020, 19:00 WIB
Suasana di luar kandang Manchester United (MU), Old Trafford. (AFP/Oli Scarff)

Liputan6.com, Jakarta Bagi Manchester United (MU), salah satu klub terbesar dalam sejarah sepak bola, akan menjadi pernyataan yang meremehkan jika tim dikatakan sedang melalui fase yang menyedihkan dan tidak memuaskan.

Pasalnya, jika menyimak penampilan MU baru-baru ini dan kepercayaan pada Ole Gunnar Solskjaer, ada indikasi Setan Merah tampaknya akan kembali untuk menantang kompetisi sepakbola terbesar di Inggris dan Eropa.

Fans MU pasti akan mengenang masa lalu yang indah di bawah Sir Alex Ferguson. Selama periode itu, Manchester United bukan hanya ancaman terbesar bagi semua klub Inggris tetapi juga kekuatan yang harus diperhitungkan di Eropa.

Selama pemerintahan Sir Alex Ferguson yang gemilang selama 26 tahun, MU memenangkan sejumlah gelar di dalam dan luar negeri. Mereka memenangkan Liga Premier sebanyak 13 kali, Piala FA lima kali, Piala Liga Inggris empat kali dan Liga Champions dua kali.

Selain itu, Manchester United juga memenangkan Piala Dunia Klub, Piala Interkontinental, Piala Super UEFA, dan Piala Pemenang Piala UEFA satu per satu.

Namun, sejak kepergian manajer legendaris itu, MU belum memenangkan Liga Premier. Musim terbaik klub dalam hal posisi liga dan gol yang dicetak dan kebobolan datang pada 2017/18 di bawah Jose Mourinho. Ketika itu, mereka mencetak 68 gol dan kebobolan 28 gol sambil finis kedua.

Jadi apa yang salah dengan MU? Berikut ada tiga alasan mengapa mereka harus berjuang keras belakangan ini:


Manajemen dan kepemilikan

Pelatih Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer, menyapa suporter usai dikalahkan Bournemouth pada laga Premier League di Stadion Vitality, Bournemouth, Sabtu (2/10). Bournemouth menang 1-0 atas MU. (AFP/Glyn Kirk)

Manajemen dan pemilik MU menuai banyak kritik atas cara pengelolaan klub pada tahun-tahun pasca-Ferguson. Pemilik klub, Keluarga Glazer sebagian besar disalahkan atas meningkatnya hutang MU.

Glazers juga telah dikritik pada banyak kesempatan karena penolakan mereka untuk menanamkan uang untuk menandatangani talenta top, terutama di pasar pemain yang meningkat saat ini.

Eric Woodward, seorang pria yang sangat terkenal di kalangan pendukung MU, telah mendapat kecaman keras dan ketidaksetujuan dari para penggemar dan mantan pemain.

Kurangnya Direktur Sepak Bola Manchester United telah menjadi penyebab utama kejatuhan klub. Itu telah mengakibatkan kurangnya komunikasi yang tepat antara manajer klub dan Dewan selain tidak adanya sistem dan strategi yang tepat sehubungan dengan pemain yang menandatangani dan menarik bakat top.


Kurang visi

Tepat dari penunjukan manajer untuk penandatanganan yang dilakukan di bawah mereka, kurangnya visi jangka panjang MU telah terlalu jelas. Terlalu banyak pemain yang dikontrak, terutama pemain marquee,

Penandatanganan Alexis Sanchez, Radamel Falcao dan Bastian Schweinsteiger telah gagal. MU juga gagal mempertahankan Angel Di Maria. Selama periode ini, promosi talenta yang dikembangkan sendiri sangat terbatas dan para pemain muda klub hanya dimanfaatkan ketika tidak ada pilihan lain.

Namun, kebangkitan pemain muda Manchester United seperti Marcus Rashford, Scott McTominay, Mason Greenwood dan Brandon William akan menunjukkan bahwa tren ini mulai berubah.


Sihir Sir Alex Ferguson

Manajer Manchester United, Sir Alex Ferguson, memberikan instruksi kepada anak asuhnya saat melawan Liverpool. Meski kalah, pada musim ini Setan Merah tetap berhasil meraih gelar Liga Inggris. (AFP/Andrew Yates)

Tak dapat diragukan bahwa Sir Alex Ferguson adalah salah satu manajer terbaik di Eropa selama masa jabatannya di MU.

Kecakapan taktis Sir Alex Ferguson sangat terlihat di lapangan. MU hampir selalu menjadi salah satu tim penyerang yang paling ditakuti di Eropa.

Seperti yang dikatakan Ole Gunnar Solksjaer baru-baru ini, akan sulit bagi siapa pun untuk meniru apa yang dicapai Sir Alex di MU. Harapan penggemar terus tetap setinggi langit, yang memberi tekanan tambahan pada manajer dan para pemain.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya