Liputan6.com, Jakarta - Potensi ekonomi dari jual beli secara online di e-commerce diprediksi bakal meningkat tiap tahunnya.
Manager Kebijakan Publik dan Hubungan Pemerintah Indonesia E-commerce Association (idEA) Rofi Uddarojat menyebut, hanya selama periode Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional) 2019 yang biasanya digelar beberapa hari saja, transaksi yang dicatatkan mencapai Rp 9 triliun.
Baca Juga
Advertisement
"Transkasi saat Harbolnas 2019 menggembirakan dan mengalami pertumbuhan signifikan dibandingkan Harbolnas 2018. Pada Harbolnas 2018, transaksi tercatat mencapai Rp 7 triliun. Sementara pada 2019 transaksinya naik hingga Rp 9 triliun," kata Rofi dalam Inspirato Sharing Session 'Kiat Aman Berjualan Online' yang digelar livestreaming Liputan6.com dan Bukalapak, Senin (29/6/2020).
Itu baru nilai transaksi saat Harbolnas. Jumlah transaksi dari belanja online secara keseluruhan pun diyakini jauh lebih besar. Tidak heran kalau pengguna platform digital, baik penjual maupun pembeli menjadi target dari tindak kejahatan online.
Dari segi platform, Bukalapak sebenarnya telah menawarkan keamanan bertransaksi tidak hanya dari sisi pembeli tetapi juga dari sisi pelapak.
Berbagai hal disiapkan untuk menghindarkan para pengguna dari praktik penipuan. Mulai sistem keamanan hingga customer service yang siap membantu selama 24 jam.
Namun dari sisi pengguna, dalam hal ini penjual, perlu benteng diri agar benar-benar terhindar dari aksi kejahatan online yang beragam jenisnya.
Dalam kesempatan yang sama, salah satu pelaku UMKM Bukalapak Putri Wanna memberikan tips berjualan yang aman di platform Bukalapak.
1. Jangan Bagikan Akun Pribadi
Menurut perempuan yang kerap disapa Wanna ini, tips pertama yang harus dilakukan untuk menghindari penipuan online adalah jangan membagikan akun pribadi di platform online.
2. Jangan Bagikan Nomor Telepon Pribadi dan Kode OTP
Tips kedua, menurut Wanna adalah dengan tidak mencantumkan nomor pribadi di platform e-commerce.
"Jangan cantumkan nomor pribadi, cantumkan nomor yang memang khusus untuk berjualan. Jangan mencantumkan nomor ponsel yang terhubung dengan layanan digital karena bisa membahayakan keamanan online," tutur Wanna.
3. Jangan Bagikan OTP
Tips aman berjualan ketiga menurut Wanna adalah dengan tidak membagikan kode OTP (one time password) kepada siapa pun, termasuk orang terdekat.
OTP merupakan kode untuk masuk ke layanan digital, baik itu akun e-commerce, media sosial, hingga aplikasi perbankan.
Jika kode tersebut diberikan ke pihak lain, tentu akun online bisa terancam bahkan bisa diambil alih pihak lain.
"Celah itu selalu ada di mana pun. Kembali lagi, kita harus selalu waspada. Jangan lupa, sebagai pengguna juga kita harus selalu update salah satunya pengetahuan untuk tidak membagikan kode OTP kepada siapapun," tuturnya.
Advertisement
4. Join Komunitas untuk Selalu Terupdate
Cara lain yang juga bisa dilakukan agar penjual selalu ter-update informasi-informasi terbaru adalah bergabung dengan komunitas pelapak atau penjual.
Bukalapak sendiri memiliki komunitas pelapak yang solid dan anggotanya tersebar di seluruh Indonesia.
Bukalapak juga kerap menyelenggarakan gathering atau pertemuan para pelapak, salah satunya untuk saling berbagi pengalaman, ilmu, tips, sampai ke fitur-fitur terbaru di platform.
5. Edukasi Diri dan Karyawan
Rofi Uddarojat dan Putri Wanna sama-sama menyebut bahwa edukasi para pelaku UMKM adalah hal yang perlu dilakukan untuk membentengi diri dari kejahatan online.
Bagi Wanna, salah satu upaya yang dilakukan adalah mengedukasi diri sendiri serta para karyawannya. Misalnya, beritahu ke karyawan untuk menolak ajakan bertransaksi di luar platform atau melakukan COD via marketplace, dalam hal ini Bukalapak.
"Intinya sebagai pelapak harus terus edukasi diri, mungkin kita paham, tapi belum tentu karyawan update. Jadi kuncinya rajin baca-baca informasi dari marketplace, jangan share password, dan jangan mau disuruh transaksi di luar marketplace," tutur Wanna.
Sementara Rofi menyebut, pihaknya memiliki mengadakan program awareness dan edukasi konsumen yang dilakukan oleh para pemilik platform e-commerce.
"Tujuan edukasi ini adalah memberikan pemahaman baik kepada platform e-commerce maupun konsumen bahwa kepercayaan adalah hal yang perlu dijaga. Kelalaian pengguna atau dari pihak platform bisa merusak kepercayaan. Selain itu, edukasi juga bisa dilakukan melalui kampanye digital, bisa disisipkan juga mengenai transaksi," kata Rofi.
Lebih lanjut dia menambahkan, agar para pengguna bisa keep up dengan teknologi, pengguna harus update informasi dan fitur-fitur di dalam platform.
"Cari informasi yang akurat dan jangan percaya dengan informasi yang tidak jelas sumbernya," ujarnya.
(Tin/Isk)
Advertisement