Tiga Momen Haru Saat Risma Menangis dan Bersujud

Wali Kota Surabaya Risma kembali menangis dan bersujud di hadapan seorang dokter pada audiensi yang diadakan Senin, 29 Juni 2020.

oleh Dian KurniawanLiputan6.com diperbarui 30 Jun 2020, 11:18 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismahari (Risma) berkunjung ke Lembaga Penyakit Tropik (LPT) dan Rumah Sakit Pendidikan Unair pada Selasa (3/3/2020).

Liputan6.com, Jakarta - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau Risma menangis di depan para dokter saat mereka melakukan audiensi.

Ini bukan kali pertama bagi Risma, sebelumnya ia juga pernah menitikkan air mata di depan publik dalam momen yang berbeda.

Setidaknya, momen  Risma menangis di depan publik tercatat sebanyak tiga kali. Pertama, saat dirinya mengumpulkan para takmir masjid dalam rangka menangkal paham radikalisme. Kedua saat dirinya menghadiri pemberian beasiswa bagi warga Surabaya. Ketiga, saat Risma menerima audiensi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur pada Senin, 29 Juni 2020:

Berikut rangkuman momen saat Risma menangis dan bersujud yang ditulis, Selasa (30/6/2020):

Menangis di Depan Para Takmir Masjid

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengumpulkan para takmir masjid se-Kota Surabaya pada Rabu, 16 Mei 2018 Masjid di Gedung Wanita Kalibokor, Surabaya.

Dalam pertemuan itu, Risma mengajak para takmir untuk membendung paham radikal yang berada di area masjid. Hal ini menyusul adanya rangkaian teror bom bunuh diri di Surabaya.

Namun, di tengah-tengah acara, seorang takmir bertanya perihal undangan terkait acara tersebut. Sebab, dalam undangan tersebut tertulis pembinaan takmir. "Salah kami sebagai takmir apa?" tanya takmir tersebut.

Dia mengatakan, sebaiknya undangan itu lebih baik berbunyi silaturahmi ketimbang pembinaan. Seolah-olah, ia menambahkan, ada yang salah dengan para takmir itu.

Mendengar hal itu, tiba-tiba Risma turun dari podium dan menghampiri takmir tersebut. Di hadapan para takmir, Risma kemudian bersujud meminta maaf. "Jangan begitu bu, jangan begitu," kata takmir sambil menangis.

Sementara itu, takmir yang lain pun memanggil Risma agar tak bersujud. "Bu..buu..," kata takmir yang lain sambil mengangkat bahu Risma. Usai bersujud, Risma langsung kembali ke podium.

Di hadapan ratusan pengurus takmir masjid se-Kota Surabaya, Risma berpesan apabila menemukan orang yang dirasa aneh dalam hal keagamaan atau tidak pada umumnya, agar disampaikan kepada pihak berwajib. Hal ini diyakini mampu menjadi deteksi dini dalam upaya mengantisipasi masuknya paham radikal di kalangan anak muda.

"Saya mohon kepada bapak-bapak semuanya, kalau ada yang berbeda tolong dilaporkan kepada kami atau pihak kepolisian, agar bisa segera kami tindak lanjuti," kata Risma, saat memberi pengarahan kepada para takmir masjid.

Menurut dia, ajaran Islam tidak pernah mengajarkan untuk menyakiti orang lain. Karena itu, ia mengimbau kepada seluruh takmir masjid se-Kota Surabaya, agar tetap memegang teguh pada ajaran Rasul, bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Artinya agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.

"Banyak sekali ayat-ayat di dalam Alquran yang menerangkan bahwa Islam itu ajaran yang sangat mulia. Maka dari itu, mari kita bersatu dan saling bersilaturahmi dengan erat agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," pesan Risma.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Tangis dan Simpuh Risma di Hadapan Pejabat Astra

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Suara Wali Kota Risma terbata-bata di tengah-tengah membaca sambutan. Air mata pun mulai membasahi pipinya. Sesekali, ia menghapus air matanya itu.

Kesedihannya kian terasa ketika dia berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada pihak Astra yang telah membantu menerima anak-anak Surabaya dalam program magang.

“Kalau boleh saya diberikan kesempatan, saya akan sujud di depan bapak atau ibu sekalian, karena saya terima kasih sekali. Kaki saya tidak kuat,” kata Wali Kota Risma yang kemudian sujud syukur di sela-sela membacakan sambutan, Kamis, 2 Januari 2020.

Seketika ajudan Wali Kota Risma dan para pejabat di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya membantunya untuk bangkit berdiri. Sambil mengusap air matanya dengan tisu, ia mencoba bangkit lagi berdiri dan melanjutkan sambutannya. “Terima kasih sekali, Bapak, terima kasih sekali,” ujarnya sambil terisak.

Bagi Wali Kota Risma, tidak ada kata yang dapat mewakili rasa terima kasihnya kepada pihak Astra. Bahkan, wali kota perempuan pertama di Kota Surabaya itu mengaku rela masuk ke sungai apabila disuruh Astra untuk menunjukkan rasa terima kasihnya.  

“Saya tidak akan pedulikan (badan) saya. Bagi saya, mereka lebih berharga dibandingkan tubuh saya. Jadi, matur nuwun sekali lagi,” kata Wali Kota Risma seusai penandatanganan nota kesepakatan bersama antara Pemkot Surabaya dengan Grup Astra Surabaya tentang pengembangan sumber daya manusia bagi warga Kota Surabaya.

Wali Kota Risma mengaku kesempatan seperti ini sangat jarang diberikan kepada orang lain. Ia merasa bersyukur kesempatan ini diberikan kepada anak-anak Surabaya.

“Mudah-mudahan Tuhan yang akan membalas kebaikan Bapak, Ibu, sekalian karena kami tidak bisa membalasnya,” tuturnya.

Ia tidak menampik kerap merasa kebingungan ketika menangani anak-anak Surabaya yang putus sekolah. Bahkan, ia merasa punya hutang apabila belum bisa menyelesaikan anak-anak yang putus sekolah.

“Makanya ketika Astra setuju menerima anak-anak ini, saya sangat bersyukur sekali,” ucapnya.

Menurut Wali Kota Risma, pada tahap pertama kerjasama dengan Astra ini, Pemkot Surabaya akan mengirimkan 300 anak untuk magang di Astra. Mereka akan bekerja magang di kantor Astra selama tiga bulan. Setelah tiga bulan, mereka akan mendapatkan sertifikat dari Astra. Bahkan, tidak menutup kemungkinan ketika ada lowongan kerja mereka dapat langsung direkrut oleh Astra.


Menangis di Depan Para Dokter

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma). (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini (Risma) kembali melakukan aksi spontan menangis sambil bersujud di hadapan seorang dokter.

Hal itu terjadi saat menggelar audiensi bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur di Halaman Taman Surya Kota Surabaya pada Senin, 29 Juni 2020.

Dalam kesempatan tersebut, Risma mendengarkan berbagai keluhan dari para dokter dan para pimpinan rumah sakit rujukan di Surabaya, terkait penanganan kesehatan COVID-19. 

Risma menuturkan, selama pandemi COVID-19 ini, Ia beserta jajaran Pemkot Surabaya sudah bekerja keras untuk menangani pandemi global ini.

Ia juga mengakui tidak ingin ada warga Kota Surabaya yang tutup usia karena COVID-19. Namun, juga tidak ingin ada warga Kota Pahlawan yang meninggal karena kelaparan. 

"Kami ini sudah bekerja keras, berat. Apa di kira saya rela warga saya mati karena COVID-19 atau mati karena tidak bisa makan?. Pak, semalam saya dan Linmas sekitar pukul 03.00 WIB, masih ngurusi warga bukan Surabaya, warga bukan Surabaya saja kami masih urus, apalagi warga Kota Surabaya," tegas dia, seperti dikutip dari laman Surabaya.go.id.

Dia menuturkan, persoalan kesehatan atau COVID-19 dengan persoalan ekonomi di Kota Surabaya harus berjalan seimbang.

Namun, protokol kesehatan harus selalu diutamakan, oleh karena itu demi menjamin dan mendisiplinkan warga supaya terus menjaga protokol kesehatan, semua organisasi perangkat daerah (OPD), terutama Satpol PP terus menggelar operasi dan razia setiap harinya.

Bahkan, jika menemui warga yang tidak memakai masker, mereka langsung menyita KTP-nya. Bagi yang tidak membawa KTP, langsung diberi sanksi sosial, seperti dihukum joget di pinggir jalan, menyapu jalan dan bahkan diminta merawat pasien di Liponsos.

Pada saat melaksanakan audiensi, Wali Kota Risma sempat sujud dua kali di hadapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur. Saat itu, ada salah satu dokter yang bertugas di Dr Soetomo menjelaskan banyak rumah sakit penuh. Ia juga menuturkan, masih banyak warga yang tidak mentaati protokol kesehatan.

Risma menanggapi, pihaknya sudah berusaha menjalin komunikasi yang baik dengan pihak rumah sakit Dr Soetomo. Namun, ketika hendak mengirimkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD), pihak rumah sakit Dr Soetmo menolaknya.

"Saya tidak bisa bantu ke sana Pak, padahal rumah sakit lain kami bisa," kata dia.

Pemkot Surabaya rutin memberikan bantuan, terutama APD ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Kota Surabaya.

Bahkan, ketika ada bantuan APD dari pihak swasta,  Risma yang mengatur pembagian APD tersebut, sehingga tidak numpuk di Balai Kota Surabaya. Rumah sakit yang diberikan bantuan APD itu dinilai tidak pandang bulu, hampir semua rumah sakit yang diberikan oleh pemkot, tetapi RSUD Dr. Soetomo yang menolak menerima bantuan tersebut. 

Pada kesempatan itu, ada juga keluhan tentang rumah sakit yang penuh karena pasien itu baru dipulangkan setelah melakukan tes swab 2 kali.

Sedangkan pihak rumah sakit, tidak mau memulangkan pasien tersebut karena tidak bisa diklaim ke BPJS. Menanggapi keluhan tersebut, Risma langsung meminta supaya pasien itu dikeluar.

"Kalau memang tidak bisa diklaim ke BPJS, silahkan klaim kepada kami. Sejak awal saya sudah sampaikan itu,” tutur dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya