Liputan6.com, Jakarta - Startup di bidang teknologi kesehatan, SehatQ mendukung industri makanan dan minyman atau food and beverages (F&B) dan perhotelan untuk kembali melayani kebutuhan konsumen di tengah pandemi Covid-19.
Kedua industri tersebut memang sempat membatasi kegiatan operasionalnya beberapa waktu lalu, sebagai bentuk kepatuhan terhadap imbauan pemerintah dalam menghadapi situasi terkini. Namun seiring dengan kebijakan pemerintah saat ini, dunia usaha kembali menjalankan aktivitasnya.
Advertisement
"SehatQ mempunyai solusi kesehatan lengkap untuk mendampingi operasionalnew normal industri F&B serta perhotelan, mulai dari rapid test hingga fitur chat dokter dantoko obat dan vitamin online. Dengan memanfaatkan berbagai fitur layanan online maupunoffline dari SehatQ, kami mendukung pelaku usaha industri F&B serta perhotelan, untukkembali bangkit dengan tetap mengedepankan kesehatan karyawan maupun pengunjung," kata CEO SehatQ, Linda Wijaya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/6/2020).
SehatQ mendampingi restoran/bar Lucy in the Sky, Hotel Monopoli, serta The Gunawarmandi bawah naungan perusahaan Syah Establishments, untuk kembali beroperasi dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Layanan SehatQ untuk para karyawan termasuk tenaga frontliner restoran dan hotel mencakup pelaksanaan rapid test, Chat Dokter gratis, serta potongan harga untuk pembelanjaan vitamin di Toko SehatQ.
Syah Establishments pun menerapkan protokol operasional dan sterilisasi baru, untukmenjamin kesehatan para karyawan sekaligus pelanggan. Termasuk di dalamnya membersihkan seluruh permukaan benda di restoran dan hotel menggunakan disinfektan standar rumah sakit.
Kemudian, memeriksa suhu tubuh karyawan dan tamu, menyediakan handsanitizer, menempatkan kotak sterilisasi UV, melakukan penataan ruangan untuk menjamin praktik physical distancing, hingga membuat menu hidangan contactless, yang bisa dipesan pelanggan melalui scan barcode.
Selain itu, Syah Establishments memastikan para karyawannya mengenakan alat pelindungdiri (APD) berupa masker dan sarung tangan. "Kami terus menerapkan dan memantaupelaksanaan protokol kesehatan ini, demi memutus rantai penyebaran Covid-19," ujar DianAyu, General Manager Hotel Monopoli.
Lucy in the Sky, Hotel Monopoli, dan The Gunawarman melalui kerja sama dengan SehatQini, senantiasa memonitor kondisi kesehatan para karyawan.
Syah Establishments pun menyatakan selalu siap melakukan penyesuaian terhadap setiap kebijakan pemerintah,untuk memastikan keselamatan dan kesehatan karyawan serta pelanggan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Industri Hotel dan Restoran Diprediksi Masih Lesu hingga Akhir Tahun
Pelonggaran PSBB dan penerapan New Normal secara bertahap masih belum menjamin nasib industri perhotelan dan restoran tahun ini. Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran menyatakan, hingga akhir tahun, industri perhotelan dan restoran diperkirakan masih lesu.
Hal ini dikarenakan okupansi hotel bergantung pada pergerakan orang. Hingga saat ini, Maulana menilai pergerakan orang masih minim.
"Karena meskipun PSBB dilonggarkan, orang-orang masih takut untuk keluar rumah kecuali kalau terpaksa perjalanan bisnis. Kondisi hotel sebenarnya ada potensi tumbuh, tapi tidak besar," ujarnya saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (24/6/2020).
Maulana mengatakan, potensi okupansi hotel saat ini masih berada di level single digit, meskipun di beberapa daerah yang terdapat destinasi wisata, okupansinya mencapai 20 persen hingga 30 persen.
Namun, jika dibandingkan kondisi normal, tentu hal ini jauh berbeda. Biasanya, bulan April adalah high seasonnya industri hotel, karena okupansi hotel didominasi oleh perjalanan dinas pemerintah yang berkontribusi sekitar 30 hingga 50 persen terhadap keterisian hotel secara keseluruhan.
"Tapi 6 bulan ke depan, kemungkinan besar pemerintah nggak akan melakukan perjalanan dinas, karena pemerintah sudah merancang 6 bulan ke depan kondisi harus seefisien mungkin, jadi ekspektasinya, kondisi hotel mungkin bisa bangkitnya tahun depan," jelasnya.
Advertisement
Bisnis Restoran
Sementara untuk restoran, Maulana mendapatkan kabar dari pengelola mall bahwa okupansi pusat perbelanjaan masih minim, sekitar 20 persen dari 50 persen yang dibatasi. Dengan demikian, hal itu juga bergantung kepada keterisian restoran yang ada di mall.
Hal yang sama juga terjadi di restoran yang berdiri di atas bangunan sendiri. Biasanya, pemesanan makanan dalam jumlah banyak dilakukan oleh pegawai kantor yang terbiasa makan siang bersama-sama di sela waktu kerja atau catering untuk acara kantor.
"Tergantung dari pergerakannya, kantor sekarang sudah mulai masuk tuh. Namun untuk recoverynya, memang semuanya ini saling berkaitan," ujarnya.