Liputan6.com, Palu - Operasi Tinombala untuk mengejar anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso kembali diperpanjang. Pihak Polda Sulteng berharap ada peran pihak-pihak di luar kepolisian dengan pendekatan lain untuk mencegah rekrutmen baru kelompok tersebut.
Operasi pengejaran anggota MIT pimpinan Ali Kalora oleh Kepolisian dengan sandi Operasi Tinombala kembali diperpanjang hingga 94 hari, terhitung sejak 28 Juni 2020. Perpanjangan dilakukan lantaran belum tertangkapnya 14 terduga pelaku terorisme yang masuk dalam DPO polisi yang masih bersembunyi di pegunungan.
Mengenai perpanjangan yang telah diteken Mabes Polri pada 26 Juni lalu itu, Kapolda Sulteng, Irjen Pol. Syafril Nursal mengungkapkan, pada perpanjangan kali ini dia berharap dukungan dari pihak di luar Polisi untuk melakukan pendekatan lain selain operasi bersenjata. Dengan cara itu Syafril menilai rekrutmen baru yang dilakukan oleh MIT bisa dicegah.
Baca Juga
Advertisement
“Operasi tidak bisa hanya penegakan hukum, ada aspek-aspek juga yang harus ditangani pihak-pihak lain, seperti kesejahteraaan warga dan pendidikan antiradikalisme di sekolah,” Irjen Pol. Syafril Nursal mengatakan di hadapan sejumlah jurnalis di Mapolda Sulteng, Selasa (30/6/2020).
Selain itu, kondisi medan di hutan dan pegunungan Poso serta luasnya medan operasi masih jadi kendala lain untuk mengejar pelaku terorisme pimpinan Ali Kalora tersebut.
“Di wilayah operasi itu banyak terdapat jurang, medan terjal, dan hutan belantara, sedangkan mereka selalu berpindah-pindah,” jelasnya.
Mengenai adanya dugaan salah sasaran yang dilakukan oknum anggota Satgas Tinombala hingga jatuh korban dari warga tidak bersalah, Syafril menegaskan hal tersebut tetap ditangani dan tidak berpengaruh terhadap operasi yang digelar.
“Kasusnya sedang ditangani oleh tim dari Mabes Polri karena operasi itu juga melibatkan personel dari luar Sulteng. Yang pasti operasi Tinombala tetap digelar sampai para DPO tertangkap,” terangnya.