Kasus Corona Dunia Tembus 10 Juta, WHO Ingatkan Pandemi Belum Mendekati Selesai

WHO memperingatkan Pandemi Virus Corona "belum mendekati berakhir", ketika jumlah kematian global melewati setengah juta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Jun 2020, 16:02 WIB
Kepala WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan Pandemi Virus Corona COVID-19 belum mendekati berakhir, ketika jumlah kematian global melewati setengah juta dan adanya kelonjakan kasus-kasus di negara-negara Amerika Latin dan AS.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, "Kita semua ingin ini berakhir. Kita semua ingin melanjutkan kehidupan,' dan melanjutkan, Tetapi kenyataan yang sulit adalah ini bahkan belum berakhir. Walaupun banyak negara telah membuat beberapa kemajuan, secara global pandemi ini sebenarnya sedang meningkat."

Kasus Virus Corona COVID-19 di seluruh dunia juga telah menembus 10 juta lebih, sementara pihak berwenang di beberapa negara menerapkan kembali tindakan lockdown yang telah melumpuhkan perekonomian di seluruh dunia.

Tedros mengumumkan, WHO akan mengirim timnya pada pekan depan ke China untuk mencari asal-usul Virus Corona, yang muncul setidaknya enam bulan lalu di negara tersebut. 

Sementara di AS, Virus Corona COVID-19 juga masih melanda Negeri Paman Sam tersebut, dengan lebih dari 125.000 kematian yang tercatat dan 2,5 juta kasus yang keduanya merupakan sekitar seperempat dari total global.

Menurut Ketua US Federal Reserve, Jerome Powell, mengatakan pemulihan dari Virus Corona pada negara itu akan tergantung pada upaya pemerintah untuk menahan wabah. 

Sementara di Brasil, yang merupakan negara kedua di dunia yang paling banyak mencatat kasus infeksi Virus Corona, dilaporkan telah memiliki 259.105 infeksi dalam tujuh hari hingga Minggu (28/6) yang menjadikannya kasus tertinggi di negara itu dalam sepekan selama pandemi, demikian seperti dikutip dari AFP, Selasa (30/6/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:


Kondisi Pandemi Corona COVID-19 Terkini di Beberapa Negara

Covid-19, Nama Baru Corona: Petugas laboratorium menguji sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning, China, Rabu (12/2/2020). WHO kini tidak lagi menyebut virus yang merebak di China sebagai Virus Corona Baru. (STR/AFP)

Bar di Irlandia mulai dibuka untuk pertama kalinya dalam 15 pekan, karena Eropa terus melakukan pembukaan setelah melihat jumlah kasus baru yang berkurang.

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson mengatakan negaranya telah mengalami "kejutan besar" ketika ia bersiap untuk mengungkap program stimulus besar.

Pada sebelumnya, bar, restoran, dan salon di seluruh Inggris kembali direncanakan untuk dibuka pada 4 Juli, tetapi pada 29 Juni, sekolah dan toko-toko non-esensial di Leicester, kembali diminta untuk ditutup setelah kemunculan wabah lokal.

Kanselir Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga menyerukan dana pemulihan yang "kuat" dan "efisien" untuk Uni Eropa.

Di Swiss, panitia Geneva International Motor Show 2021 mengumumkan pembatalan acara tersebut. Sedangkan di China, telah memberlakukan lockdown ketat pada hampir setengah juta orang di provinsi di sekitar Beijing untuk menangani kemunculan kasus baru.

Sementara di Iran, yang merupakan negara yang paling terkena dampak Virus Corona di Timur Tengah, juga melaporkan 162 kematian lagi pada Senin (29/6), yang merupakan jumlah tertinggi dalam satu hari, sehari setelah negara itu juga mewajibkan penggunaan masker untuk pertemuan di dalam ruangan.

Pada Sabtu (27/6/2020), India, yang secara bertahap mengurangi penutupan secara nasional, mencatat rekor harian 18.500 kasus baru dan 385 kematian baru.

Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan bahwa untuk enam bulan kemudian, pandemi Virus Corona akan "benar-benar menyebar dengan cepat." 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya