Peneliti Oxford Ungkap Percobaan Obat HIV untuk Pasien COVID-19 Tak Efektif

Menurut temuan para peneliti di University of Oxford, sebuah kombinasi obat anti-virus sebagai pengobatan untuk Corona COVID-19 ternyata tidak menunjukkan potensi penyembuhan pada pasien.

oleh Liputan6.comNatasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Jun 2020, 18:05 WIB
Ilustrasi steroid. (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah kombinasi obat anti-virus sebagai pengobatan untuk pasien Virus Corona COVID-19 ternyata tidak menunjukkan potensi penyembuhan, menurut para peneliti di University of Oxford. Obat tersebut adalah Kaletra, yang merupakan gabungan lopinavir dan ritonavir, biasanya digunakan untuk mengobati HIV.

Martin Landray, yang merupakan deputi kepala peneliti percobaan tersebut menjelaskan, "Hasil dari percobaan ini, bersama dengan percobaan besar acak lainnya harus diperhitungkan ke dalam panduan terbaru sehubungan bagaimana pasien harus diobati." 

Lopinavir-ritonavir dikatakan tidak memitigasi laju kematian jangka pendek, memperpendek waktu perawatan di rumah sakit, atau menghambat laju penyakit.

Hasil tersebut diperoleh dari percobaan yang dilakukan RECOVERY Oxford, yaitu sebuah percobaan besar yang secara acak melibatkan lebih dari 11.800 pasien dari seluruh Inggris untuk melakukan evaluasi terhadap sejumlah pengobatan pasein Virus Corona COVID-19 yang diusulkan.

Dalam percobaan ini, terdapat total 1.596 pasien yang diobati dengan kombinasi lopinavir-ritonavir, dan 3.376 pasien yang diberi pengobatan biasa. Setelah dikaji oleh sebuah komite independen, hasil ini  diumumkan. 

Hasil dari percobaan ini juga mengonfirmasi lopinavir-ritonavir tidak membantu penyembuhan pasien Corona COVID-19, seperti yang disimpulkan oleh sebuah studi lebih kecil yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine edisi Maret sebelumnya, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (30/6/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:


Temuan dari Jenis Obat Lainnya

Ilustrasi Foto Vaksin (iStockphoto)

Oxford menerbitkan hasil percobaan mereka pada awal Juni 2020, yang menunjukkan bahwa obat antimalaria hydroxychloroquine tidak efektif sebagai pengobatan Corona COVID-19.

Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu merupakan salah seorang figur dunia yang menganjurkan penggunaan obat tersebut, bahkan pada Mei mengatakan, dia mengkonsumsinya sebagai langkah pencegahan.

Menurut perkiraan Milken Institute, saat ini terdapat hampir 260 cara pengobatan dan lebih dari 170 vaksin yang sedang dikembangkan.

Meskipun China pada Minggu 28 Juni mengumumkan telah memberi persetujuan pada sebuah kandidat vaksin yang akan digunakan oleh pihak militer negara mereka, tetapi masih belum ada pengobatan atau vaksin yang disetujui untuk Virus Corona.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya