Corona COVID-19 di Leicester Melonjak, Pemerintah Inggris Minta Lockdown Diperketat

PM Inggris Boris Johnson menyetujui penutupan sementara beberapa kegiatan dan bisnis di Kota Leicester untuk mengurangi risiko penyebaran Corona COVID-19, setelah terjadinya kelonjakan kasus infeksi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 01 Jul 2020, 10:14 WIB
Warga melewati kawanan rusa Bera yang mencari rumput di halaman sebuah perumahan di Harold Hill, London, 4 April 2020. Rusa yang diyakini berasal dari Taman Dagnam itu kini berada di dekat area perumahan yang sepi saat Inggris memberlakukan lockdwon selama pandemi corona Covid-19. (Ben STANSALL/AFP)

Liputan6.com, Leicester- Pemerintah Inggris menerapkan kembali sejumlah pembatasan lockdown di Leicester, yang mencakup penutupan sekolah, akibat lonjakan infeksi Virus Corona COVID-19 di kota tersebut. 

Setelah menghadiri serangkaian pertemuan, termasuk yang dipimpin oleh PM Boris Johnson, Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock mengatakan kepada anggota parlemen pada Senin 29 Juni 2020 bahwa selain penutupan sekolah, toko-toko yang tidak menjual barang-barang penting seperti makanan dan obat-obatan, harus ditutup lagi. Setelah sempat dibuka kembali selama hampir dua pekan. 

Matt Hancock mengungkapkan, bahwa penerimaan pasien di rumah sakit di Leicester antara waktu enam dan sepuluh sehari, jumlahnya juga lebih tinggi daripada di kota lain.

Ia kemudian meminta pemerintah untuk mengambil "keputusan sulit tetapi penting," demi keselamatan kota dengan populasi yang diperkirakan jumlahnya mencapai 350.000 itu.

"Tindakan lokal seperti ini adalah cara yang penting untuk menangani wabah sementara kami membuat negara kembali bangkit," jelas Matt Hancock.

Selain itu, Matt Hancock juga mengatakan bahwa perjalanan masuk dan keluar, dan di dalam kota harus dikurangi dan aturan jarak sosial akan dipantau, demikian seperti dikutip dari Associated Press, Rabu (1/7/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:


Pentingnya Penanganan Segera

Pemandangan Regent Street di London, Inggris (18/3/2020). PM Inggris Boris Johnson pada Rabu (18/3) mengatakan seluruh sekolah akan ditutup mulai Jumat (20/3) setelah otoritas kesehatan mengonfirmasi total 2.626 kasus infeksi COVID-19 dan 104 kematian akibat penyakit tersebut. (Xinhua/Tim Ireland)

Tindakan lebih lanjut untuk Leicester diperlukan untuk menangani wabah lokal, menurut Matt Hancock, yang mendapati angka kasus sebesar 10% dari semua kasus positif di Inggris selama sepekan terakhir.

"Semakin banyak orang mengikuti aturan, semakin cepat kita bisa mengendalikan virus ini dan membuat Leicester kembali normal," ujar Matt Hancock. 

Ia juga memaparkan, "Virus ini tumbuh subur di kontak sosial dan kami tahu dengan menguranginya akan mengendalikan penyebaran, juga tindakan tepat dan bertarget seperti ini akan membuat virus tidak bisa disembunyikan dan membantu kami mengalahkan pembunuh tak kasat mata ini."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya