Peluang Ekspor Makanan Indonesia ke Kanada Besar, UMKM Diminta Perhatikan Regulasi

Para pengusaha UMKM diminta memperhatikan lisensi dan regulasi sebelum mengekspor makanan ke luar negeri, misalnya Kanada.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Jul 2020, 15:22 WIB
Dialog Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, PhD. dengan Diaspora Indonesia. (Dok: KJRI Toronto/ Kemlu RI)

Liputan6.com, Ottawa - Potensi ekspor produk-produk makanan Indonesia ke Kanada masih sangat besar.

Hal tersebut dikemukakan dalam dialog Konsul Jenderal RI Toronto, Leonard F. Hutabarat, PhD. dengan Diaspora Indonesia guna lebih meningkatkan ekspor produk makanan Indonesia di Wilayah Kerja KJRI Toronto, 27 Juni 2020.

Acara bincang-bincang dengan Konsul Jenderal RI dengan Joe Oey ini, bertepatan dengan hari UMKM Internasional yang ditetapkan PBB di tanggal yang sama.

"Toronto yang merupakan ibukota Provinsi Ontario di Kanada, bersama Provinsi Manitoba, Saskatchewan dan Nunavut, juga merupakan provinsi utama tujuan ekspor dari 54% produk Indonesia pada tahun 2019 dan 53% impor Indonesia dari Kanada. Dengan lebih dari 37,7 juta populasi Kanada, 81% merupakan urban population dan terkonsentrasi di atas 40% berada di Provinsi Ontario. KJRI berupaya senantiasa mengenalkan potensi ekspor produk makanan Indonesia ke pasar yang memiliki jumlah penduduk sangat signifikan untuk consumer goods products," ungkap Leonard.

Sementara, Joe Oey, dengan Oey Trading-nya telah menjalankan usaha sebagai importir produk makanan Indonesia di Toronto, Kanada selama 32 tahun. Berdasarkan pengalaman, ia menekankan perlunya eksportir makanan Indonesia (khususnya UMKM) untuk memperhatikan regulasi mengenai food safety di Kanada sebelum melakukan ekspor.

Meski dalam 10 tahun terakhir peraturan mengenai food safety di Kanada semakin ketat, namun masih sangat mungkin untuk dipenuhi oleh produsen makanan di Indonesia.

Misalnya, produsen harus menyebutkan jika produknya mengandung dairy products atau tidak dan apakah proses produksinya bercampur atau tidak dengan produksi makanan lain yang mengandung kacang, mengingat banyak masyarakat Kanada yang alergi dengan kacang.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Pentingnya Lisensi

Ilustrasi bendera Kanada (AFP/Geoff Robins)

Selain food safety, eksportir juga sudah harus mengantongi lisensi dan juga traceability sesuai regulasi untuk memberi jaminan bahwa produk makanan tersebut aman untuk dikonsumsi. Packaging produk juga perlu dibuat dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Inggris dan Perancis.

Masyarakat Kanada tergolong berani mencoba jika terkait dalam hal makanan. Mereka tidak segan-segan mencoba makanan dari berbagai latar budaya, sepanjang memperhatikan aspek-aspek yang menjadi perhatian utama mereka, seperti kandungan, fakta nutrisi, sampai aspek lingkungan.

Sementara Konjen RI menambahkan bahwa saat ini ada pergeseran konsumsi masyarakat Kanada dari banyak mengkonsumsi daging merah ke arah konsumen seafood dan produk organik yang lebih sehat. Di sisi lain, produk makanan di Ontario, khususnya di Toronto juga sangat beragam, salah satunya karena banyaknya pendatang.

Sensus 2016 menyebutkan, tidak kurang dari 35% warga Toronto adalah pendatang dari berbagai negara, seperti India, RRT, Italia, dan Filipina. Hal ini membuat produk makanan asing lebih mudah diterima, tambah Konjen RI.

Konjen juga menyampaikan the new normal mempunyai karakteristik tertentu yang mengharuskan supply terus berjalan khususnya untuk makanan sehingga perlu protocol baru bagi industri. Marketing digital atau e-commerce merupakan salah satu cara yang paling aman untuk berbisnis di saat pandemi Covid-19. Hal penting lainnya yang perlu diperhatikan pelaku bisnis adalah perlunya sample product dan sutainability atau kapasitas produksi.

Pada tahun 2018, defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja KJRI Toronto sekitar USD 102 juta turun menjadi skitar USD 16 juta di tahun 2019. Selama pandemi COVID -19, dengan dukungan pelaku usaha serta diaspora Indonesia seperti Oey Trading diharapkan defisit perdagangan Indonesia dengan Wilayah Kerja menjadi semakin berkurang.

UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di banyak negara berkembang, namun juga 90% perusahaan di dunia didukung oleh UMKM, termasuk 70% employment berada di sektor UMKM dan kontribusi UMKM pada 50% GDP dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya