Ada Corona, Investasi di Sektor Minyak Turun 30 Persen

Pandemi corona berimbas pada nilai investasi salah satunya dari pemain minyak dunia hingga 30 persen.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 02 Jul 2020, 11:45 WIB
Ilustraasi foto Liputan 6

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Corona Virus Disease -19 (Covid-19) yang menyelimuti hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, berimbas pada lumpuhnya banyak kegiatan perekonomian. Bahkan, pandemi ini juga berimbas pada nilai investasi salah satunya dari pemain minyak dunia hingga 30 persen.

"Ada pengurangan investasi dari pemain-pemain minyak dunia sekitar 30 persen," ujar Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto dalam UPbringing Live Session: Meet The Expert - ISMS Live Session 3 on Energy, Kamis (2/7/2020).

"Dan disini ada kelompok-kelompok yang penguranganya paling besar, mulai dari USD 32,2 Billion," sambung dia.

Adapun pengurangan paling besar mencapai USD 32,2 milyar oleh National/International Oil Company (NOC/INOC), USD 23,4 miliar dari Majors, USD 17,3 miliar oleh Shale-focused, USD 9,9 miliar dari Global Independent, USD 6 miliar dari Canada focused, dan USD 7,9 miliar dari perusahaan lainnya.

Dengan demikian, target rerata investasi di 2020 sebesar USD 325 miliar mengalami perubahan menjadi USD 228 miliar.

"Average rencana investasi yang tadinya USD 325 billion, turun jadi USD 228 billion," kata Dwi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cadangan Migas Pertamina Naik 44 Persen

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

PT Pertamina (Persero) terus berupaya memperkuat ketahanan energi dengan menambah produksi dan memperkuat cadangan minyak dan gas bumi (migas).

Terbukti sampai akhir tahun 2019, Pertamina dapat mempertahankan level produksi pada kisaran 901 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD).

"Ikhtiar dan fokus dalam mengelola wilayah kerja (WK) migas yang diamanahkan kepada Pertamina telah meningkatkan performa bisnis hulu. Dan diharapkan tahun-tahun mendatang performanya terus meningkat," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Senin (22/6/2020).

Fajriyah menjelaskan, sejalan dengan upaya mempertahankan produksi, Pertamina juga mencatatkan lifting migas pada 2019 pada level yang sesuai, yaitu 734 MBOEPD.

Hal ini sebagai hasil kegiatan operasional yang intensif yaitu pengeboran 322 sumur pengembangan, 14 sumur eksplorasi dan melakukan 751 kegiatan workover, serta 13.683 well services.

Sementara itu, di sektor energi baru dan terbarukan, produksi panas bumi Pertamina pada 2019 mencapai 4.292 GWh atau naik 3 persen dibandingkan 2018 yang tercatat 4.182 GWh.

Operasional produksi panas bumi yang dilakukan Pertamina melalui anak perusahaan, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), mengelola 14 wilayah kerja panas bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877MW terdiri dari Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) own operation maupun WKP joint operation.

Indonesia saat ini memiliki kapasitas terpasang panas bumi terbesar kedua di dunia, yang sebagian besar produksinya dihasilkan dari wilayah kerja PGE.


Selanjutnya

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada 2019, Pertamina juga mencatat tambahan cadangan dan sumber daya migas yang lebih baik. Tambahan cadangan P1 (proven/terbukti) pada 2019 tercatat 309 MMBOE atau naik 44 persen dibandingkan angka target 2019 sebesar 215 MMBOE.

“Temuan cadangan 2C (cadangan kontingensi sedang) mencapai 446 MMBOE atau naik 55 persen dibandingkan target 2019 yang ditetapkan sebesar 288 MMBOE. Capaian ini sangat berarti bagi masa depan ketahanan energi nasional,” lanjutnya.

Di samping itu, reserves replacement ratio atau rasio pengembalian cadangan meningkat 44 persen dari 71 persen pada RKAP 2019 menjadi 102 persen pada realisasi 2019.

Upaya Pertamina untuk memperkuat cadangan migas Nasional memang tidak main-main. Tahun 2019 Pertamina telah berhasil melakukan survei seismik laut regional 2D di wilayah terbuka yang dimulai pada November 2019 dengan capaian sepanjang 7.049 km hingga akhir 2019.

Bahkan sampai pertengahan Juni 2020 progress telah mencapai 25.864 km pada Juni 2020 atau lebih dari 86 persen dari target 30.000 km.

"Ini merupakan survei seismik terbesar di Asia Pasifik dan Australia dalam 10 tahun terakhir yang diharapkan dapat menemukan cadangan migas baru yang menjadi giant discovery bagi Indonesia," imbuh Fajriyah.

Dalam upaya mencapai produksi minyak satu juta BOPD (barel minyak per hari) dan 4.000 juta kaki kubik gas per hari (MMSCFD) pada 2024, Pertamina juga aktif memproduksi migas di luar negeri dan kini memiliki 13 lapangan migas di Asia, Amerika, dan Eropa dengan produksi minyak sebesar 104 ribu BOPD dan produksi gas 273 MMSCFD. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya