Benarkah Anak-Anak Lebih Kuat Hadapi Serangan Virus Corona COVID-19?

Apakah anak-anak lebih tangguh hadapi serangan Virus Corona COVID-19? Dalam pandemi di Jerman misalnya, statistik menunjukkan, hanya tiga orang pasien di bawah usia 18 yang meninggal dunia.

Oleh DW.com diperbarui 03 Jul 2020, 11:32 WIB
Ilustrasi ayah dan anak (iStock)

Jakarta - Benarkah anak-anak lebih kuat dari serangan Virus Corona COVID-19?

Laporan DW Indonesia yang dikutip Jumat (3/7/2020) menyebut, dalam pandemi Corona jenis baru yang terjadi di Jerman misalnya, statistik menunjukkan, dari sekitar 9.000 kasus meninggal sejak pecahnya wabah, hanya tiga orang pasien di bawah usia 18 yang meninggal dunia.

Mengapa anak-anak lebih bisa menghadapi infeksi Virus Corona Sars-Cov-2, sejauh ini belum dipahami sepenuhnya oleh para ilmuwan. Dokter menduga, sistem tidak spesifik bawaan sudah efektif pada anak-anak. 

Sebagai proteksi terhadap patogen perdana, ibu memberikan proteksi sistem kekebalan tubuhnya pada janin dalam kandungan serta pada bayi saat dilahirkan secara alamiah melalui saluran vaginal. Setelah itu kekebalan makin terbentuk lewat pemberian air susu ibu.

Sistem pertahanan tubuh bawaan ini, termasuk sel pembunuh dan pembersih sampah, berupa sel darah putih yang menyerang patogen yang masuk ke dalam tubuh lewat mukosa membran kulit. 

Imunisasi pasif ini biasanya bertahan hingga anak memgembangkan sistem kekebalan tubuhnya sendiri. Anak-anak mulai mengembangkan sistem kekebalan tubuh khas pada kisaran usia 10 tahun. Tapi, bahkan setelah itu, sistem kekebalan tubuh bawaan masih bisa belajar sepanjang hidup, jika patogen baru muncul.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Anak-Anak Bukan Penyebar COVID-19

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Virus Corona jenis baru SARS-Cov-2 juga punya pola infeksi unik. Berbeda dengan penyakit infeksi lainnya, yang biasanya menyebar cepat dalam populasi karena ditularkan oleh anak-anak yang disebut sebagai “spreader“, dalam kasus COVID-19, penyakit ini  tidak ditularkan oleh anak-anak. 

Riset ilmiah yang dilakukan pemerintah negara bagian Jerman Baden-Württemberg menunjukkan anak-anak bukan vektor penular Virus Corona jenis baru. Hasil riset ini, sekarang jadi landasan untuk kembali secepatnya dan secara komprehensif kegiatan normal di taman kanak-kanak dan sekolah. Syaratnya, standar higiene serta aturan jaga jarak tetap diperhatikan.

Walau begitu, tetap tidak jelas apakah anak yang terinfeksi Virus Corona sama berbahayanya dengan orang dewasa yang terinfeksi. Dalam penelitian lainnya, yang juga banyak didiskusikan, pakar virologi Christian Drosten dari rumah sakit Charité di Berlin menunjukkan, juga tenggorokan anak-anak memiliki virus yamg sama banyaknya dengan orang dewasa. Penelitian internasional lainnya, juga menarik kesimpulan yang sama.

Namun, keberadaan banyaknya virus dalam saluran pernafasan tidak membuktikan bahwa virus tersebut efeknya sama kuatnya. Karena anak-anak menunjukkan gejala lebih ringan, misalnya lebih sedikit batuk-batuk, hal itu bisa jadi menunjukkan mereka terinfeksi, tapi mereka menginfeksi lebih sedikit orang lainnya. Demikian pernyataan para dokter anak dan spesialis higiene yang dirilis oleh empat asosiasi medis terkemuka.

 


Anak Terinfeksi COVID-19 Sama Berbahaya dengan Pasien Dewasa?

Petugas medis memeriksa seorang anak saat rapid test oleh BIN di Lapangan Kantor Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Banten, Kamis (2/7/2020). BIN menggelar rapid test gratis terhadap 800 warga Pamulang untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona COVID-19. (merdeka.com/Arie Basuki)

Walau begitu, tetap tidak jelas apakah anak yang terinfeksi virus corona sama berbahayanya dengan orang dewasa yang terinfeksi. Dalam penelitian lainnya, yang juga banyak didiskusikan, pakar virologi Christian Drosten dari rumah sakit Charité di Berlin menunjukkan, juga tenggorokan anak-anak memiliki virus yamg sama banyaknya dengan orang dewasa. Penelitian internasional lainnya, juga menarik kesimpulan yang sama.

Namun, keberadaan banyaknya virus dalam saluran pernafasan tidak membuktikan bahwa virus tersebut efeknya sama kuatnya. Karena anak-anak menunjukkan gejala lebih ringan, misalnya lebih sedikit batuk-batuk, hal itu bisa jadi menunjukkan mereka terinfeksi, tapi mereka menginfeksi lebih sedikit orang lainnya. Demikian pernyataan para dokter anak dan spesialis higiene yang dirilis oleh empat asosiasi medis terkemuka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya