Sosok Mbah Yasin di Balik Berkembangnya Daerah Glenmore Banyuwangi

Glenmore awalnya nama perkebunan yang dibangun oleh Ros Taylor, investor perkebunan dari Skotlandia pada 1909.

oleh Liputan Enam diperbarui 03 Jul 2020, 07:38 WIB
Glenmore Tahun 1927 (Tropen Museum)

Liputan6.com, Jakarta - Kecamatan Glenmore di Banyuwangi, Jawa Timur, menarik perhatian karena namanya yang unik. Nama yang kebarat-baratan itu tak lepas dari sejarah berkembangnya daerah tersebut. Terletak di sisi selatan lereng Gunung Raung, daerah ini kaya dengan area perkebunan.

Mengutip buku Glenmore Sepetak Eropa di Tanah Jawa, Glenmore awalnya nama perkebunan yang dibangun oleh Ros Taylor, investor perkebunan dari Skotlandia pada 1909. Dia berkongsi dengan Raden Mas Panji Djoyodiningrat, bangsawan Jawa yang pernah menjadi wedana di Bulang, Sidoarjo.

Ros Taylor tetap bermukim di Skotlandia dan sesekali menetap di Glenmore. Adapun Raden Mas Panji Djoyodiningrat menjadikan Glenmore sebagai rumah barunya.

Dia mendirikan rumah yang berjarak 3 kilometer dari perkebunan. Kawasan ini lambat laun berkembang pesat. “Daerah ini menjadi kota penting di masa kolonial,” kata kata M. Iqbal Fardian, penyusun buku Glenmore Sepetak Eropa di Tanah Jawa.

Raden Mas Panji Djoyodiningrat hijrah ke ujung timur Jawa, memulai babak baru dalam hidupnya. Ia terlahir sebagai Raden Sudarmo.

Di dalam tubuhnya mengalir darah bangsawan Jawa dari trah Kromodjayan Kanoman. Leluhurnya adalah keturunan langsung Prabu Brawijaya V dari garis Panembahan Bromo atau Lembu Niro. Trah Kromodjayan Kanoman ini tidak lepas dari sosok Ki Ageng Dermoyudho, Panglima Perang Kerajaan Mataram Islam di masa Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613 – 1646).

Raja Mataram menempatkan Ki Ageng Dermoyudho di Pasuruan untuk mengawasi pergerakan Kerajaan Blambangan. “Raden Sudarmo ini keturunan kedelapan dari Ki Ageng Dermoyudho,” kata Iqbal.

Ayah Raden Sudarmo, Raden Adipati Arya Kromodjoyo Dirono II adalah Bupati Surabaya tahun 1859-1863 dan Bupati Lamongan tahun 1866-1885. Sedangkan ibunya, Raden Ayu Kamidah adalah anak dari Raden Adipati Tjondro Hadiningrat, bupati Rembang.

Raden Sudarmo kemudian menikah dengan Raden Ajeng Roekmini, bangsawan dari trah Kasunanan Solo. Setelah menunaikan rukun Islam yang kelima, Raden Sudarmo mengganti namanya menjadi Muhammad Yasin Effendi dan dikenal sebagai Mbah Yasin, sosok penting daerah Glenmore.

 

Saksikan Video Pilihan Ini


Dukungan Pengikut Pangeran Diponegoro

Mbah Yasin tokoh penting daerah Glenmore

Fakta lain terkait berdirinya Glenmore adalah kehadiran cucu Sentot Prawirodirjo di Glenmore, yakni Raden Mas Panji Prawiro Midjoyo. Sentot adalah panglima perang Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa pada 1825 - 1930.

“Cucu Sentot ini diambil menantu oleh Mbah Yasin,” kata Iqbal.

Dia dinikahkan dengan salah satu putri Mbah Yasin yakni Raden Ajeng Siti Soefiyah. Pasangan ini memilih hidup di Glenmore dan dikenal sebagai Ndoro Eri.

Kehadiran Ndoro Eri semakin menguatkan ikatan dengan warga pendatang dari Bagelen, Jawa Tengah yang mendirikan kampung Megelenan di Glenmore. Mereka adalah pendukung setia Pangeran Diponegoro.

Kehadiran warga Bagelen mempercepat proses pembukaan hutan menjadi lahan pertanian yang sudah diawali oleh Mbah Yasin. Tradisi bertani masih dijalani masyarakat Megelenan.

Bahkan, tradisi dan budaya Bagelen masih mereka jalankan sebagimana leluhur mereka melakoninya. Budaya warga Megelenan yang ‘njawani’ menjadi bagian penting perkembangan Glenmore sebagai kota dengan keragaman budaya masyarakatnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya