Liputan6.com, Jakarta - Seorang jurnalis senior, dan mantan birokrat, Dahlan Iskan, menceritakan pengalaman dan pelajaran tak terlupakannya yang didapat pada tahun 1985, saat mengikuti program pertukaran International Visitor Leader Program (IVLP) dari Kementerian Luar Negeri AS untuk kunjungannya ke Negeri Paman Sam.
"Saya bukan hanya mengingat, tetapi itu mengubah hidup saya, dan mengubah pers di Indonesia secara keseluruhan," ungkap Dahlan Iskan dalam acara diskusi virtual yang digelar oleh US Consulate General Surabaya pada Jumat (3/7).
Advertisement
Dahlan Iskan menceritakan bagaimana jurnalisme berjalan di Indonesia pada era sebelum generasinya, dimana pada saat itu koran-koran di Indonesia berorientasi seperti Eropa, yang diantaranya adalah ukuran, orientasi berita, bahkan hingga pendidikan jurnalistik
"Begitu saya diundang ke Amerika, tentu saya tahu bahwa mereka adalah negara besar, tetapi saya baru menyadari bahwa Amerika betul-betul negara besar, itu setelah kesana," cerita Dahlan Iskan dalam acara virtual yang bertopik Rights, Freedom, and Responsibilities itu.
Pada awalnya, Dahlan Iskan membayangkan koran di AS hanyalah dari Ibukota, seperti di Indonesia pada saat itu. Namun ternyata saat kesana, ia melihat setiap kota di negara tersebut memiliki koran mereka sendiri, hingga klub olahraga.
"Disana kota besar maupun kecil punya korannya sendiri-sendiri," kata Dahlan Iskan, seraya menyerukan, "Dari Sana saya sadar, bahwa Indonesia ini masa depannya pasti seperti Amerika. Saya punya keyakinan itu, dan itu baru saya peroleh ketika di Amerika."
Simak video pilihan berikut:
Perubahan Besar
Sepulangnya dari AS, Dahlan Iskan mengungkapkan, "Saya langsung melakukan perubahan besar, di surat kabar Indonesia, dimana bahwa kelak Indonesia di setiap kota harus punya surat kabarnya sendiri."
"Karena tidak ada yang melakukan itu, maka saya yang melakukan," tambahnya.
Dahlan Iskan merujuk pada saat dimana ia termotivasi untuk segera mendirikan platform surat kabar di semua provinsi dan di semua kota-kota di Indonesia, yang menurutnya bisa menghidupkan surat kabar.
"Dan itulah awal dimana dari yang saya bilang bahwa masa depan surat kabar di Indonesia pun seperti Amerika, yaitu koran daerah, tidak ada lagi koran ibukota," jelas Dahlan Iskan.
Ia pun juga mengatakan, bahwa "Kalau di Indonesia pada saat itu, yang namanya surat kabar harus dari Jakarta, dalam pengertian, kalau bukan surat kabar dari Jakarta dianggap sepele."
Sementara saat mengamati dan mengunjungi beberapa kantor surat kabar di AS saat itu, Dahlan Iskan melihat bagusnya ragam dari mereka.
"Sementara di Amerika, saya melihat The Los angeles Times yang tidak kalah bagus dengan Washington Post, saya melihat New York Times hebat juga, Chicago Tribune bagus banget, dan di San Fransisco Juga begitu," katanya.
Advertisement
Memajukan Teknologi Penulisan
Saat mengunjungi suatu kantor surat kabar di suatu kota di dekat Colombus, Dahlan Iskan menemukan kemajuan dari penggunaan alat penulisan artikel yang sudah menggunakan komputer, berbeda dengan Indonesia pada saat itu.
Maka begitu ia pulang ke Tanah Air, ia pun langsung mengumumkan perubahan penggunaan alat penulisan dengan menggunakan komputer di redaksinya.
"Tentu para wartawan kaget, dan wartawan juga ada yang bilang mereka belum latihan untuk menggunakan komputer, dan bisa tidak menerbitkan koran, karena mereka belum terbiasa saat itu," ungkap Dahlan Iskan, saat hendak beralih menggunakan komputer untuk redaksinya.
Namun, karena niatnya yang kuat, ia pun tetap bersikeras untuk merubah sistem di redaksinya tersebut.
Dahlan Iskan melakukannya dengan menyediakan komputer di kantor redaksinya dan hanya memberikan waktu selama sepekan untuk para wartawannya memperlajari komputer, dengan mesin tik yang akan ia tarik agar penggunaan komputer dapat bertambah maju.
Pada akhirnya, semua wartawannya bisa menggunakan komputer meskipun sempat bingung pada awalnya, menurut cerita Dahlan Iskan.
Dahlan Iskan mengungkapkan, "Saya begitu pulang dari Amerika berubah total baik di ruang redaksi, maupun di pemikiran saya untuk harus mendirikan koran-koran di seluruh daerah di Indonesia termasuk di kota-kota yang relatif lebih kecil sekalipun," hal tersebut dilakukan, "Karena saya ingin mendorong apa yang disebut yang di Amerika itu sedang menjadi ideologi, tetapi di Indonesia pada waktu itu masih belum boleh, yaitu otonomi daerah, atau desentralisasi."
"Saya ingin mendorong Indonesia harus lebih banyak desentralisasi dan memberikan otonomi daerah, karena di Amerika itu berhasil, bahwa tidak ada lagi kota yang sangat dominan," ujar Dahlan Iskan.