Liputan6.com, Jakarta - Pelajar peraih ratusan penghargaan, Aristawidya Maheswari (15), mengharapkan bangku sisa sekolah negeri di Jakarta dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2020.
"Saat ini masih mau coba jalur terakhir, itu juga kalau kebagian kuota," kata nenek Arista, Siwi Purwanti di Jakarta, Sabtu (4/7/2020) sore.
Advertisement
Menurut Siwi jalur PPDB tahap terakhir biasanya difasilitasi sebagian sekolah negeri yang memiliki sisa kuota kosong calon siswa.
"Pada akhir PPDB kalau sekolahan ada yang sisa kuota bisa daftar lagi, tapi tidak semua sekolah," katanya seperti dikutip dari Antara.
Misalnya, kata Siwi, pada jalur inklusi yang difasilitasi sekolah negeri untuk peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan.
Biasanya jalur tersebut tidak terisi penuh saat proses tersebut dibuka melalui laman ppdb.jakarta.go.id di Jakarta pada 15-16 Juni 2020.
"Misalnya kan jatah inklusi tiap sekolah dua murid, tapi tidak ada yang daftar, nah kuota dua kursi itu buat jalur tahap akhir," katanya.
Namun Siwi mengatakan jika peluang tersebut relatif kecil, sebab akan diperebutkan oleh peserta PPDB jalur bina RW yang dibuka pada 4 Juli 2020 dan ditutup sebelum jadwal lapor diri bagi calon siswa yang diterima pada 6 Juli 2020.
"Peluangnya memang kecil. Kalau ikut jalur bina RW tidak mungkin karena SMA negeri di kelurahan ini tidak ada," kata warga Rumah Susun Jatinegara Kaum, Pulo Gadung, Jakarta Timur itu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Gagal Mendaftar di Seluruh Jalur PPDB
Aristawidya Maheswari (15) adalah perempuan alumni SMPN 92 Jakarta Timur yang gagal mendaftar di seluruh jalur PPDB Jakarta 2020.
Tidak kurang dari 700 penghargaan tingkat daerah hingga nasional telah diraih anak yatim piatu itu sejak usia taman kanak-kanak hingga tamat sekolah dasar.
Kegagalan Arista dalam PPDB jalur prestasi akibat sistem hanya menerima penghargaan dalam bentuk lomba dalam kurun tiga tahun terakhir.
Alternatif ditempuh peraih rata-rata nilai rapor 8,2 dari lima mata pelajaran dasar itu lewat jalur afirmasi Kartu Jakarta Pintar (KJP), hingga prestasi akademik, pun kandas di faktor usia.
Advertisement