WHO Umumkan Rekor Baru Kenaikan Kasus Corona COVID-19

Kasus Virus Corona (COVID-19) di dunia terus meningkat. Ini analisis WHO.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 05 Jul 2020, 16:26 WIB
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers daring dari Swiss dilihat di Brussel, Belgia, Senin (29/6/2020). Virus corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, lebih dari 500 ribu di antaranya meninggal dunia. (Xinhua/Zhang Cheng)

Liputan6.com, Jenewa - WHO mencatat rekor kenaikan terbaru penyebaran Virus Corona (COVID-19) di dunia. Berdasarkan perhitungan terbaru, ada 212.326 kasus selama 24 jam.

Berdasarkan laporan situasi WHO per 4 Juli 2020, sumbangan kasus tertinggi berasal dari wilayah Amerika dengan 129.772 kasus. Kasus tertinggi berikutnya berasal dari Asia Tenggara dengan 27.947 kasus.

Wilayah Asia Tenggara (South-East) pada daftar WHO berbeda dari negara ASEAN dan turut memasukan negara Asia Selatan seperti India, Bangladesh, dan Nepal. Kasus baru corona di India dalam sehari mencapai 22.771.

Kasus tinggi lain berasal dari Amerika Serikat dengan 53 ribu kasus baru dan Brasil dengan 48 ribu kasus.

Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus berkata 60 persen kasus Virus Corona sejauh ini berasal dari bulan Juni. Dr. Tedros meminta semua pihak memakai langkah pencegahan holistik.

"Tidak hanya testing. Tidak hanya jaga jarak fisik. Tidak hanya melacak kontak. Tidak hanya masker. Laksanakan semua," ujar Dr. Tedros.

Ia juga berpesan mengenai pentingnya mengedukasi masyarakat, serta melatih dan menyediakan perlengkapan bagi petugas kesehatan.

WHO mencatat totalnya ada 10,9 juta kasus corona di seluruh dunia. Angka kematian mencapai 523 ribu kasus dengan kasus kematian baru mencapai 5.134 dalam 24 jam.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Indonesia Akan Produksi Kalung Anticorona bersama Cap Lang

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan bilateral di Istana Malacanang di Manila, Filipina, Jumat (28/4). (AP Photo / Bullit Marquez)

Beberapa waktu lalu Kementerian Pertanian (Kementan) resmi meluncurkan inovasi antivirus berbasis eucalyptus. Antivirus yang dipercaya mampu menangkal Corona buatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan ini bahkan telah berhasil mendapatkan hak paten.

Selain mematenkan produk antivirus yang dipercaya mampu menangkal Corona tersebut, Kementan juga menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk pengembangan dan produksi.

Penandatanganan perjanjian Lisensi Formula Antivirus Berbasis Minyak Eucalyptus antara perwakilan Balitbangtan dan PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) dilaksanakan di Bogor pada pertengahan Mei lalu. 

Sebagai informasi, produk antivirus tersebut akan diproduksi dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, diffuser, dan juga kalung. 

Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry mengatakan, langkah ini ditujukan sebagai bagian dari ikhtiar pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam menyikapi pandemi Corona covid-19 yang tengah mewabah, langkah ini juga diharapkan dapat menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menghargai dan mendukung karya anak bangsa.

“Para peneliti di Balitbangtan ini juga bagian dari anak bangsa, mereka berupaya keras menghasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsanya, semoga hal ini mampu menjadi penemuan baik yang berguna bagi kita semua” jelas Fadjry.


Matikan Virus Corona

Kalung dari tanaman eucalyptus sebagai produk kesehatan. Kalung ini dipercaya bisa menjadi antivirus Corona. (Dok Kementan)

Eucalyptus selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut. Menurut Fadjry minyak atsiri eucalyptus citridora bisa menjadi antivirus terhadap virus avian influenza (flu burung) subtipe H5N1, gammacorona virus, dan betacoronavirus.

Penemuan tersebut disimpulkan melalui uji molecular docking dan uji in vitro di Laboratorium Balitbangtan. Ia menjelaskan laboratorium tempat penelitian eucalyptus telah mengantongi sertifikat level keselamatan biologi atau biosavety level 3 (BSL 3) milik Balai Besar Penelitian Veteriner.

Virologi Kementan pun sudah melakukan penelitian sejak 10 tahun lalu dan tak asing dalam menguji golongan virus corona seperti influenza, beta corona dan gamma corona.

"Setelah kita uji ternyata Eucalyptus sp. yang kita uji bisa membunuh 80-100 persen virus mulai dari avian influenza hingga virus corona. Setelah hasilnya kita lihat bagus, kita lanjutkan ke penggunaan nanoteknologi agar kualitas hasil produknya lebih bagus” bebernya.

Dalam berbagai studi dikatakan, obat ini hanya cukup 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.

Bahan aktif utamanya, terdapat pada cineol-1,8 yang memiliki manfaat sebagai antimikroba dan antivirus melalui mekanisme M pro. M pro adalah main protease (3CLPro) dari virus corona yang menjadi target potensial dalam penghambatan replikasi virus corona.

Penelitian menunjukkan Eucalyptol ini berpotensi mengikat protein Mpro sehingga menghambat replikasi virus. Manfaat tersebut dapat terjadi karena 1,8 cineol dari eucalyptus disebut eucalyptol dapat berinteraksi dengan transient receptor potential ion chanel yang terletak di saluran pernapasan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya