Liputan6.com, Jakarta: Ketua Umum PMI Jusuf Kalla menilai persoalan Rohingya di Myanmar tak sebesar yang pernah terjadi di Ambon bila dibandingkan skala akibat-akibatnya. Sehingga penyelesaiannya diharapkan akan lebih mudah.
"Tentu kita tak ingin seorangpun meninggal. Tapi dari jumlah korban meninggal di Rakhine 80 orang dibanding waktu di Ambon yang sampai 5 ribu orang. Di Ambon semua orang bersenjata, di sana tidak," ujar Kalla kepada berbagai organisasi Islam dan kemanusiaan di Jakarta, saat menjelaskan hasil kunjungannya ke Rakhine, Myanmar, beberapa waktu silam.
Dalam penjelasannya di PMI selama dua jam, Jusuf Kalla menyampaikan berbagai aspek dan isu terkait yang terjadi di Rakhine. Ditegaskannya, banyak hal yang dilaporkan media selama ini dan berbagai organisasi internasional, tak menggambarkan kenyataan yang ada.
Ia mengatakan peristiwa di Rakhine, Provinsi di Myanmar Selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim, dimulai dari orang per orang. Kemudian berkembang menjadi antarkelompok, antarkomunitas dan akhirnya masuk ke agama.
Dari informasi resmi setempat, peristiwa terjadi setelah kasus perkosaan dengan pelakunya Rohingya yang kemudian dibalas keesokan harinya dengan pembunuhan 10 Muslim (Jamaah Tabligh) yang sedang menumpang sebuah bus. Dari sini situasi berkembang luas. Jumlah tewas berkisar 80 orang, di mana 50 di antaranya warga Rohingya dan 30 lainnya warga beragama Budhha.(ANT/AIS)
"Tentu kita tak ingin seorangpun meninggal. Tapi dari jumlah korban meninggal di Rakhine 80 orang dibanding waktu di Ambon yang sampai 5 ribu orang. Di Ambon semua orang bersenjata, di sana tidak," ujar Kalla kepada berbagai organisasi Islam dan kemanusiaan di Jakarta, saat menjelaskan hasil kunjungannya ke Rakhine, Myanmar, beberapa waktu silam.
Dalam penjelasannya di PMI selama dua jam, Jusuf Kalla menyampaikan berbagai aspek dan isu terkait yang terjadi di Rakhine. Ditegaskannya, banyak hal yang dilaporkan media selama ini dan berbagai organisasi internasional, tak menggambarkan kenyataan yang ada.
Ia mengatakan peristiwa di Rakhine, Provinsi di Myanmar Selatan yang berpenduduk mayoritas Muslim, dimulai dari orang per orang. Kemudian berkembang menjadi antarkelompok, antarkomunitas dan akhirnya masuk ke agama.
Dari informasi resmi setempat, peristiwa terjadi setelah kasus perkosaan dengan pelakunya Rohingya yang kemudian dibalas keesokan harinya dengan pembunuhan 10 Muslim (Jamaah Tabligh) yang sedang menumpang sebuah bus. Dari sini situasi berkembang luas. Jumlah tewas berkisar 80 orang, di mana 50 di antaranya warga Rohingya dan 30 lainnya warga beragama Budhha.(ANT/AIS)