Kisah Mistis di Balik Kejadian Pendaki Hilang di Gunung Guntur Garut

Pendaki Gunung guntur yang bernama Afrizal Putra M (16)akhirnya dapat ditemukan oleh tim SAR gabungan

Oleh AyoBandung.com diperbarui 06 Jul 2020, 23:22 WIB
Gunung Guntur

Liputan6.com, Garut - Ada kisah menarik pada proses penemuan seorang pendaki yang sempat dilaporkan hilang di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, Sabtu (4/7/2020).

Pendaki bernama Afrizal Putra M (16) akhirnya dapat ditemukan oleh tim SAR gabungan yang mencari di lokasi, Minggu (5/7/2020).

Entis Sutisna (61) adalah salah satu warga setempat yang ikut tergabung dalam tim pencarian dan menemukan Afrizal.

Pendaki muda itu ditemukan cukup jauh dari lokasinya berkemah, tepatnya di sebuah batu besar yang berlokasi dekat sumber mata air Citiis.

Entis mengatakan, warga sekitar kaki Gunung Guntur mendapat kabar adanya pendaki yang hilang pada Sabtu malam. Atas inisiatif pribadi, dia bersama dua orang relawan dari Gunung Cikuray melakukan pencarian pada Minggu pagi.

"Saya sudah keliling tak ketemu, akhirnya saya tawasul bersama teman-teman untuk meminta kepada Allah agar dilihatkan orang hilang itu. Setelah tawasul, saya panggil lagi namanya, ada yang teriak 'di sini.. di sini..'," katanya, Minggu (5/7/2020), dikutip Ayobandung.com.

Dia langsung memeluk anak yang sempat hilang di Gunung Guntur itu ketika bertemu. Menurutnya, keadaan anak itu banyak luka baret karena tergores duri tanaman.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Pendaki Harus Jaga Sopan Santun

Pendaki bandel itu sempat mendiami puncak Gunung Cikuray yang tak terlalu jauh dari Gunung Guntur selama empat minggu. (Liputan6.com/Jayadi Supriadin)

Entis mengatakan, berdasarkan keterangan Afrizal, pada malam hari pendaki yang hilang itu tidur di tenda bersama kawan-kawannya. Namun, ketika terbangun ia telah berada di luar tenda.

"Lokasi ditemukannya itu bukan jalur pendakian. Agak jauh dari jalur," kata dia.

Setelah ditemukan, pendaki itu langsung dibawa turun dan dititipkan ke warga yang memiliki kendaraan untuk diantarkan pulang ke rumahnya. Sebab, kondisi pendaki itu sangat lemah.

Dengan adanya kejadian itu, Entis kembali mengingatkan agar para pendaki untuk tetap menjaga sopan santun ketika melakukan pendakian. Dia mengimbau para pendaki untuk tidak sembarangan di gunung.

"Kalau lewat jam 9 malam, tak usah memaksakan naik. Mending nunggu pagi agar aman," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Wilayah V Garut, Dodi Arisandi mengimbau, para pendaki tak memasuki kawasan cagar alam (CA) di Gunung Guntur. Sebab, kawasan CA terlarang dimasuki tanpa izin.

Namun, tetap banyak pendaki yang nekat memasuki kawasan CA Gunung Guntur. Kejadian pendaki hilang pada Sabtu di pos 3 Gunung Guntur, menurut dia, juga sudah memasuki kawasan CA. "Kita sebenarnya memperbolehkan pendaki hanya di areal TWA sampai Curug Cikoneng. Kita tak izinkan mereka ke CA, tapi faktanya di lapangan susah dikontrol," kata dia.

Menurut dia, pendaki Gunung Guntur memasuki kawasan CA sudah menjadi hal biasa. Kendati demikian, petugas KSDA bukan berarti tak bertindak.

Dapatkan berita menarik Ayobandung.com lainnya, di sini:


Pria Raib Misterius di Lereng Gunung Slamet

Kebakaran melalap 30 hektare hutan di lereng Gunung Slamet, Banyumas, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Perhutani/Muhamad Ridlo)

Selain di Gunung Guntur, kisah misterius orang hilang juga terjadi di gunung lainnya. Salah satunya di Gunung Slamet, setahun lampau. Seorang pria, Tarsitam raib misterius di gunung terbsar di Pulau Jawa ini.

Tarsitas berasal dari Desa Kemutug Lor RT 01/02, Baturraden, Banyumas. Dan ia pergi sejak sejak Rabu pagi (3/7/2019) sekitar pukul 08.00 WIB. Hingga sore hari ia tak kembali ke rumah.

Ternyata hingga malam tiba, pria berusia sekiar 60 tahun itu benar-benar tak kembali ke rumah. Pukul 21.00 WIB, keluarga akhirnya memutuskan untuk melapor ke Pemerintah Desa Kemutug Kidul yang lantas diteruskan ke kepolisian. Dia hilang di lereng Gunung Slamet.

"Aparat Pemdes Kemutug Kidul, Babinsa, Bhabinkamtibmas beserta warga melakukan hingga sampai pukul 04.00 WIB belum ditemukan," kata Komandan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) Kabupaten Banyumas, Heriana Ady Chandra, Kamis, 4 Juli 2019.

Kekhawatirkan warga itu lantas menjelma menjadi perburuan. Dua hari terakhir, warga Desa Windujaya dan Desa Melung, Kedungbanteng, Banyumas, memburu celeng tersebut.

Kamis pagi, relawan bersama warga, anggota TNI dan polisi kembali melakukan pencarian Tarsitam. Selain warga, bergabung pula sejumlah lembaga dan komunitas, di antaranya, Tagana Banyumas, Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas, KSB Kecamatan Sumbang, Koramil Baturraden, Polsek Baturraden, Banser, SAR MTA, Serayu Rescue, dan sejumlah komunitas lain.

 


Tarsitam Ditemukan dalam Jarak 51 Kilometer

Chandra mengungkapkan, dalam pencarian orang hilang ini tim gabungan dibagi menjadi dua tim. Tim 1 menyusuri Sungai Pelus di sebelah timur sawah korban, sedangkan tim 2 menyusuri Sungai Belot di sebelah barat sawahnya.

Pencarian dengan penyusuran sungai ini dilakukan lantaran ada kemungkinan Tarsitam tenggelam, atau menyusur dua sungai ini. Hingga siang, Tarsitam seolah raib ditelan lereng Slamet.

"Tarsitam pada saat ke sawah mengenakan kaus warna putih lengan panjang, baju celana pendek dan membawa sarung," dia menjelaskan.

Tim SAR gabungan lantas melakukan pencarian di hutan-hutan lereng Gunung Slamet sekitar sawah Tarsitam. Tim lainnya, menyusuri Sungai Pelus dan Sungai Belot hingga radius empat kilometer.

Menjelang sore, ketika tim gabungan masih melakukan pencarian, keberadaan Tarsilam menemukan titik terang. Ada informasi yang menyebut Tarsilam berada di Desa Pagubugan, Kecamatan Binangun, Cilacap.

Aneh memang. Pasalnya, jarak antara Pagubugan dengan Baturraden, kisaran 51 kilometer. Setelah memastikan keberadaan Tarsilam, operasi pencarian ditutup.

Belakangan diketahui, Tarsitam memang sedang ada masalah keluarga. Sebelumnya, keluarga sudah mencari ke rumah saudara-saudaranya yang lain, tetapi tak ditemukan.


Pendaki Jepang Tersesat di Kampung Mistis Gunung Sibayak

Hingga memasuki hari keenam, Wolter Klaus pendaki asal Jerman yang tersasar di Gunung Sibayak, Karo, Sumatera Utara, belum ditemukan. (Liputan6.com/Reza Efendi)

Gunung Sibayak yang berada di Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara (Sumut) menjadi salah satu destinasi wisata bagi para turis lokal maupun mancanegara. Gunung api yang menyuguhkan pemandangan indah ini ternyata juga menyimpan beragam misteri dan cerita mistis.

Tak sedikit para pelancong yang menantang adrenalin di atas gunung ini sering diganggu oleh penunggu gunung. Salah satu penghuni gaib yang dipercaya menjadi penghuni gunung ini adalah orang bunian. Bahkan, kabarnya ada salah satu pendaki yang tersesat dan memasuki perkampungan orang bunian di sekitar Gunung Sibayak.

Cerita mistis beberapa tahun lalu itu diceritakan oleh Era (24), warga sekitar yang membuka warung tepat di kaki Gunung Sibayak. Saat itu salah satu wisatawan asal Jepang nekat melakukan pendakian seorang diri tanpa bantuan pemandu.

Diduga karena melewati batas jalur pendakian, wisatawan tersebut akhirnya tersesat ke kawasan Gunung Sibayak yang jarang dilalui pendaki maupun warga. Karena tidak kunjung turun, warga setempat akhirnya meminta bantuan kepada tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Sumut untuk mencari keberadaan turis Jepang tersebut.

Selama beberapa hari pencarian, turis Jepang tersebut ditemukan di hutan belakang Gunung Sibayak. Kondisinya sangat lemas dan mengalami dehidrasi parah. Tim Basarnas pun langsung mengevakuasinya dan memberikan pertolongan pertama.

Saat diinterogasi, turis Jepang tersebut mengatakan bahwa dirinya mencoba melewati jalur yang belum banyak dilalui orang. Sampai akhirnya dia masuk ke perkampungan warga, namun tidak ada satupun yang menggubrisnya.

"Turis itu bilang kalau seluruh warga di kampung itu kakinya terbalik dan bertubuh kerdil. Dia tidak tahu itu adalah perkampungan makhluk halus," ujarnya kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu.

 


Pasangan Kekasih Kesurupan di Gunung Sibayak

Di dalam perkampungan tersebut, pendaki asal Negeri Sakura itu masuk ke dalam pasar tradisional dengan beragam aktifitas jual beli. Banyak makanan yang dijajakan di sana, mulai dari kue, daging, minuman, dan lainnya.

Karena merasa kelaparan, dia berusaha mengambil makanan dan minuman yang dijajakan pedagang. Anehnya, tidak ada satupun makanan yang bisa diraihnya. Para pedagang makanan tersebut juga seakan tidak melihat keberadaannya.

Menjelang malam hari, dia melihat ada pesta rakyat di perkampungan tersebut. Banyak warga yang menikmati hiburan malam hingga membakar api unggun.

Meskipun terkesan aneh, turis itu tetap tidak menyadarinya. Dia terus berjalan sampai ke aliran sungai di dalam hutan. Di sanalah dirinya ditemukan tim Basarnas dalam keadaan pingsan karena kelaparan dan dehidrasi.

"Untung saja turis itu tidak memakan makanan orang bunian. Kata orang terdahulu, jika kita makan, kemungkinan besar kita tidak akan kembali lagi," ungkap Era soal cerita mistis yang dialami turis Jepang tersebut.

Tidak hanya sosok orang bunian yang mengerikan. Dari cerita para pendaki Gunung Sibayak, banyak juga yang melihat penampakan wanita bergaun putih. Bahkan, kerapkali para pendaki gunung, khususnya pendaki wanita sering kesurupan dan bertingkah aneh.

"Biasanya yang sering kesurupan itu pasangan kekasih. Banyak yang sering melihat penampakan itu setelah melewati lorong dan menuju tikungan," ungkapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya