Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II 2020 akan terkontraksi hingga -6 persen.
Ketua Umum DPD HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) Provinsi DKI Jakarta, Sarman Simanjorang, mengatakan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal II -6 persen memang sudah berada dipintu krisis ekonomi.
"Dengan kondisi ekonomi saat ini berbagai batasan covid-19 diperkirakan pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal III dan dan IV juga masih pada posisi minus. Ini menjadi tantangan berat bagi pelaku usaha dan pemerintah," kata Sarman kepada Liputan6.com, Senin (6/7/2020).
Baca Juga
Advertisement
Sekalipun aktivitas usaha sudah diperbolehkan buka dan mulai berputar, namun Sarman menilai Pemerintah masih sangat lamban. Hal itu dapat dilihat secara kasat mata, seperti masih sepinya pusat-pusat perbelanjaan/mall, cafe dan restoran juga masih relatif sepi.
Begitupun dengan transportasi udara, darat dan laut antar daerah juga masih sepi, dan tingkat penghuni hotel juga masih rendah. Kondisi ini masih berpeluang akan terjadinya PHK sampai akhir tahun.
"Dimata pengusaha saat ini masih pada posisi ketidakpastian karena daya beli masyarakat masih rendah, dan pergerakan bisnis masih sangat lamban," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Stimulus
Hal itu serupa yang disampaikan oleh Ketua Kadin Rosan P Roeslani, bahwa progres stimulus penanganan Covid-19 masih sangat lambat.
Penyerapan di berbagai bidang antara lain Kesehatan baru 1,54 persen, perlindungan sosial di 28,63 persen, insentif usaha 6,8 persen, UMKM 0,06 persen, Korporasi 0 persen dan sektoral pada 3,65 persen.
Menanggapi hal tersebut, Sarman menyarankan agar Pemerintah harus memiliki terobosan, kreativitas dan inovasi termasuk regulasi dan kebijakan yang pro bisnis dan pro dunia usaha.
"Berbagai tantangan pelaku usaha harus dapat diberikan solusi dan jalan keluar oleh Pemerintah, sehingga pelaku usaha memiliki rasa optimis untuk bertahan dan melewati badai Covid-19 ini," pungkas Sarman.
Advertisement
Jokowi: Krisis Ekonomi Global Benar-benar Nyata
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa krisis ekonomi global akibat pandemi virus corona (Covid-19) benar-benar nyata. Menurut dia, hampir semua negara merasakan hal tersebut.
"Kemarin saya mendapatkan informasi bahwa krisis ekonomi global itu benar-benar nyata, ada benar dan semua merasakan," kata Jokowi saat melakukan kunjungan kerja ke Jawa Timur, Kamis (25/6/2020).
Jokowi menyebut informasi tersebut didapatnya dari Director Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva melalui sambungan telepon. Bahkan, krisis ekonomi tersebut diprediksi lebih buruk ketimbang depresi besar pada 1930.
IMF, kata dia, memprediksi pertumbuhan ekonomi di negara-negara besar akan anjlok. Amerika Serijat akan -8 persen, Jepang -5,8 persen, Inggris -10,2 persen, Perancis ,12,5 persen, Italia ,12,8 persen, Spanyol -12,8 persen, dan Jerman, -7,5 persen
"Artinya apa? Demand nanti akan terganggu, kalau demand terganggu supplynya akan terganggu. Kalau supplynya terganggu artinya produksi juga akan terganggu. Artinya demand supply produksi semuanya rusak dan terganggu," jelas dia.
Ekonomi dan Kesehatan Harus Seimbang
Untuk itu, dia menekankan pentingnya pengendalian virus corona dari sisi kesehatan dan ekonomi. Jokowi pun meminta kepala daerah seimbang dalam menangani Covid-19 secara menyeluruh.
"Rem dan gas harus seimbang, tidak bisa kita gas di urusan ekonomi, tetapi kesehatannya menjadi terabaikan. Tidak bisa kita konsen penuh di urusan kesehatan, tapi ekonomi terganggu," ujar Jokowi.
Advertisement