Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Malinau yang berlokasi di Kabupaten Malinau, Kalimantan telah mencapai 93,42 persen.
Dalam proses penyelesaiannya, PLN terus melakukan uji coba pada PLTU berkapasitas 6 Mega Watt (MW) ini sebelum dioperasikan secara penuh.
Dengan masuknya daya dari PLTU Malinau dan tersambungnya listrik ke sistem interkoneksi Kalimantan nantinya akan menurunkan biaya operasi PLN hingga Rp 4,9 miliar per bulan.
"Menjadi harapan dan tugas kami untuk segera menyelesaikan pembangunan PLTU Malinau ini sesuai target waktunya, karena 2 infrastruktur lainnya yaitu GI 150 kV Malinau dan SUTT 150 kV Tidang Pale - Malinau telah siap beroperasi untuk siap mengintegrasi daya dari sistem interkoneksi Kalimantan," tutur General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Timur (UIP Kalbagtim), Muhammad Ramadhansyah dalam keterangan resmi, Senin (6/7/2020).
Baca Juga
Advertisement
Adapun saat ini, daya mampu sistem kelistrikan di Kabupaten Malinau mencapai 9,4 MW dengan beban puncak 8,9 MW. Beroperasinya PLTU Malinau tentu akan menambah keandalan sistem kelistrikan di Kabupaten Malinau ke depannya.
"Saat ini kita masih gunakan PLTD untuk melistriki masyarakat, dengan adanya PLTU tentu penggunaan PLTD bisa kita kurangi. Meskipun sedang pandemi Covid, kami lanjutkan proses pengujian dan kami targetkan dapat beroperasi pada akhir tahun 2020," kata Ramadhansyah.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Proses Pengujian
Untuk PLTU Malinau Unit 1, pengujian telah memasuki uji steam blow, yaitu pembersihan pipa-pipa boiler pembangkit sebelum dioperasikan secara komersial.
Sedangkan untuk Unit 2, saat ini sedang berada dalam tahap individual test, misalnya memastikan semua boiler dan sistem penanganan batu bara berfungsi dengan baik.
Sebagai informasi, pembangunan PLTU Malinau ini menyerap tenaga kerja hingga 150 orang. Dalam mendukung program pemerintah dalam pemberdayaan industri nasional, PLTU Malinau pun telah mampu mencapai Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) mencapai sebesar 70,03 persen.
Advertisement
Kerugian Penundaan Proyek PLTU Capai Rp 209,6 Triliun
Peneliti Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia Adila Isfandiari, menyebut estimasi kerugian akibat penundaan kontruksi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara di Indonesia mencapai Rp 209,6 triliun. Penundaan tersebut terjadi akibat pandemic Corona covid-19.
“Per 8 Maret kemarin ada 12 PLTU yang sedang dibangun yang telah menyampaikan notifikasi force majeure atau indikasi akan terdampak covid-19 sendiri, global energi telah menghitung estimasi kerugiannya sekitar 209,6 triliun akibat penundaan pembangunan ini,” kata Adila dalam paparan Media Briefing Secara Daring, Jakarta, Senin (30/3/2020).
Penundaan tersebut dikarenakan adanya pembatasan perjalanan dan pergerakan antara negara-negara dunia, misalnya keterlambatan pengiriman impor bahan baku komponen PLTU.
“Jadi untuk PLTU Indonesia sendiri Tingkat Komponen dalam negeri (TKDN) kita masih rendah diangka 17,1 persen, dengan kata lain 60 persen dari komponen bahan baku PLTU sendiri di impor,” ujarnya.
Sehingga ketika ada pembatasan perjalanan, menyebabkan ada keterlambatan bahan bakunya sampai. Selanjutnya, produksi dunia sedang melambat akibat pandemi ini, dan juga adanya pembatasan perjalanan dari negara investor. Karena investor paling banyak dari Cina, Jepang, korea Selatan.
“Biasanya mereka membawa tenaga ahli untuk mengerjakan proyek tersebut, karena adanya pembatasan perjalanan sehingga tenaga kerjanya tidak bisa dikirim ke Indonesia,” ujarnya.
Daftar PLTU
Berikut daftar PLTU yang ditunda pembangunannya, per 8 Maret 2020 sumber dari global energy monitor:
1. PLTU Jawa-1, kapasitas 1000 MW
2. PLTU Jawa-7 , kapasitas 2 x 1000 MW
3. PLTU Bengkulu , kapasitas 2 x 100 MW
4. PLTU Meulaboh 3&4 , kapasitas 2 x 200 MW
5. PLTU Mulut Tambang Sumsel-1 , kapasitas 2 x 300 MW
6. PLTU Mulut Tambang Sumsel-8, kapasitas 2 x 600 MW
7. PLTU Jawa-4 , kapasitas 2 x 1000 MW
8. PLTU Kalbar-1 , kapasitas 2 x 100 MW
9. PLTU Kalbar-2 , kapasitas 2 x 100 MW
10. PLTU Kalteng-1 , kapasitas 2 x 100 MW
11. PLTU Sulbagut-1 , kapasitas 2 x 50 MW
12. PLTU Sulut-3 , kapasitas 8200 MW
Advertisement