BI Yakin Angka Inflasi 2020 Tak Melenceng dari Target

BI akan terus lakukan koordinasi yang erat dengan pemerintah pusat maupun daerah agar inflasi dapat dikendalikan dan ditekan sesuai dengan target.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jul 2020, 20:00 WIB
Pedagang menata dagangannya di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo yakin inflasi sepanjang 2020 tidak akan melenceng dari target. Bank Indonesia memperkirakan inflasi di tahun yang penuh tantangan ini akan berada di koridor 3 persen plus minus 1 persen. 

“Situasi sekarang ekonomi sedang mengalami dampak pandemi, makanya saya katakan kami yakin inflasi masih terkendali sasaran tiga persen plus minus satu persen. Apalagi bulan lalu inflasi di bawah dua persen (1,98 persen) dan karena weekday month bahwa tekanan inflasi rendah,” ujarnya saat video conference di Jakarta, Senin (6/7/2020).

Dia mengatakan, ke dapan pihaknya akan terus lakukan koordinasi yang erat dengan pemerintah pusat maupun daerah. Hal itu diharapkan agar inflasi dapat dikendalikan dan ditekan sesuai dengan target pemerintah dan BI.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi selama Juni 2020 sebesar 0,18 persen. Angka ini lebih tinggi dari inflasi Maret sebesar 0,08 persen. Sementara, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 1,09 persen dan inflasi tahun ke tahun 1,96 persen.

"Secara umum ada kenaikan meski tipis berdasarkan hasil pemantauan di 90 kota bulan Juni inflasi sebesar 0,18 persen. ," kata Kepala BPS, Suhariyanto, di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/7).

Suhariyanto mengatakan dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), 76 kota mengalami inflasi dan 14 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kendari mencapai 1,33 persen, sementara inflasi terendah di Makassar 0,01 persen.

Sementara itu di kota yang alami deflasi tertinggi terjadi di Ternate yaitu sebesar minus 0,34, dan deflasi terendah terjadi di Padangsidimpuan minus 0,02 persen.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video pilihan berikut ini:


Ayam dan Telur Penyumbang Inflasi Tertinggi di Juni 2020

Pedagang menunggu pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada April 2020 sebesar 0,08% yang disebabkan permintaan barang dan jasa turun drastis akibat pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi bulan Juni 2020 sebesar 0,18 persen. Angka ini lebih tinggi dari inflasi bulan Mei 2020 yang sebesar 0,07 persen.

"Kalau kita lihat hampir separuh, 6 dari kelompok pengeluaran yang ada itu mengalami inflasi,"ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto dalam video konferensi, Rabu (1/7/2020).

Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Sebaliknya, ada 4 komponen yang mengalami deflasi, dan sisanya harganya stagnan.

Adapun kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau mencatatkan inflasi sebesar 0,47 persen, dan memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,12 persen.

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil kepada inflasi ini disebabkan terjadinya kenaikan harga yang cukup tinggi.

Yang pertama, terjadi kenaikan daging ayam ras, itu memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,14 persen.

"Jadi kalau kita lihat pergerakan harga daging ayam ras selama bulan Juni memang mengalami kenaikan dan kenaikan itu terjadi di 86 kota. Kenaikan tertingginya terjadi di Gunung Sitoli yaitu sebesar 41 persen, dan Lhokseumawe misalnya terjaidi kenaikan harga daging ayam ras sebesar 37 persen," urainya.

Dengan demikian, pada bulan ini, daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi pada bulan Juni 2020.

Komoditas lainnya yang cukup memberikan andil kepada inflasi adalah telur ayam ras, di mana andilnya sebesar 0,04 persen.

Sebaliknya ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga andil dalam deflasi, termasuk harga bawang putih, cabai merah dan beberapa bumbu dapur lainnya.

Penurunan harga bawang putih yang memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,04 persen. Kemudian penurunan harga cabai merah memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,03 persen.

"Dan juga beberapa bumbu-bumbuan seperti cabe rawit kemudian juga minyak goreng, gula pasir yang masing-masing memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,01 persen," jelas Kecuk.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya