Kangen Band Jadi Subjek Penelitian Akademisi Luar Negeri

Kangen Band pernah menjadi subjek penelitian akademisi Emma Baulch, seorang periset Monash University, Malaysia.

oleh Surya Hadiansyah diperbarui 07 Jul 2020, 17:20 WIB
Kangen Band Formasi Awal. (Warner Music Indonesia)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah artikel dari jurnal akademis International Journal of Culture Studies muncul ke permukaan setelah twit “Tell Me Something I Don’t Know” diunggah pengguna Twitter. Twit ini menyatakan bahwa Kangen Band pernah menjadi subjek penelitian akademisi Emma Baulch, seorang periset dan associate professor/lektor kepala Monash University, Malaysia.

Dalam artikel berjudul “Longing Band Play at Beautiful Hope” tersebut, Emma menuliskan soal bagaimana masyarakat mengonsumsi lagu dan panggung Kangen Band, serta bagaimana Kangen Band mendapatkan label ‘pop Melayu’ yang dianggap sebagai pembeda kelas musik pop Indonesia di awal 2000-an. Pada awal karier Kangen Band, dalam artikel akademis Emma, disebut bahwa lagu-lagu mereka sudah hadir di ruang publik seperti mal, siaran radio, dan dijual di emperan.

Kontrak dengan Warner Music Indonesia, disebut Emma, terbukti sukses melambungkan Kangen Band dari “band yang bukan siapa-siapa” menjadi bintang pop pada pertengahan 2000-an. Emma Baulch adalah Associate Professor di Fakultas Media dan Komunikasi, Monash University, Malaysia. Beliau memang sudah melakukan banyak studi terhadap berbagai fenomena budaya di Indonesia, khususnya musik.

Album Tentang Aku, Kau, dan Dia (Warner Music Indonesia, 2007) sebelumnya sudah beredar luas dalam format tak resmi/bajakan (“which hadpreviously been so widely disseminated in unofficial formats”). Di artikel itu, Kangen Band disebut tak memiliki ‘image’ yang bisa ditelusuri di awal kariernya. Video-video tak resmi mereka tidak menggambarkan siapa itu Kangen Band.

 


Kontrak dengan Label

Kangen Band Formasi Awal. (Warner Music Indonesia)

Kontrak dengan Warner Music Indonesia berhasil menguak siapa saja personil Kangen Band, lewat video-video klip yang diproduksi. Tren Ring Back Tone (RBT) yang hadir di awal 2000-an juga faktor penting yang menentukan popularitas Kangen Band pada masa itu, catat Emma. Rolling Stone Indonesia sempat menyatakan bahwa Kangen Band sebagai “juaranya RBT.”

 


Tanggapan

Twit Tentang Artikel Kangen Band. (twitter.com/Bukan_Raihan)

Menanggapi munculnya artikel akademis ini, Managing Director Warner Music Indonesia, Toto Widjojo memberikan komentarnya. "Dari fenomena Kangen Band, maka kita akan mengetahui betapa luasnya penggemar musik di Tanah Air. Betapa banyaknya talenta di negeri ini, dan seiring dengan berjalannya waktu, karya-karya Kangen Band tetap banyak dinikmati oleh penggemar musik," kata Toto melalui keterangan resmi yang diterima Liputan6.com beberapa waktu lalu.

"Bahkan membuat Dr. Emma Baulch, PhD dari Monash University, membuat sebuah tulisan yang sangat menarik tentang Kangen Band," sambungnya. 


YouTube

Berdasarkan data dari YouTube, video-video Kangen Band punya angka konsumsi yang terbilang besar. Kangen Band memberikan kontribusi sebanyak 209 juta views di kanal resmi Youtube Warner Music Indonesia sampai detik ini.

Angka tersebut seakan mendukung tesis Emma bahwa sosok Kangen Band yang dulu ‘tak terlihat’, hanya terdengar di ruang publik, akhirnya dapat muncul ke permukaan lewat ‘image’ khusus yang dikemas menarik.


Spotify

Di Spotify, Kangen Band mendapat posisi khusus yakni didengar oleh lima negara Asia Tenggara dengan komunitas Indonesia yang solid. Selain Indonesia, top 5 pendengar Kangen Band tercatat berasal dari Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong. Setahun ke belakang, konsumsi Kangen Band secara keseluruhan berjumlah 21 juta streams.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya