China Laporkan Kasus Pes, Warga Mongolia Dalam Diminta Tak Makan Marmot

Otoritas setempat meminta warga untuk tidak mengonsumsi hewan-hewan tertentu yang berisiko menularkan penyakit pes

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 08 Jul 2020, 19:00 WIB
Ilustrasi sepasang marmot. (Sumber Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta China melaporkan satu kasus pes di sebuah wilayah di daerah Mongolia Dalam. Otoritas kesehatan telah mengonfirmasi temuan tersebut pada Minggu malam.

Dilaporkan CGTN, dikutip Selasa (7/7/2020), pasien merupakan seorang gembala di Bayannur. Ia telah dikarantina dan berada dalam kondisi stabil. Kasus ini pertama kali dilaporkan dengan status diduga pada hari Sabtu pekan lalu.

Otoritas Bayannur telah mengeluarkan peringatan dengan tingkat kewaspadaan level III untuk mencegah dan mengendalikan wabah tersebut hingga akhir tahun ini.

Masyarakat setempat juga diminta meningkatkan perlindungan diri karena potensi penularannya. Warga juga diminta untuk tidak berburu dan mengonsumsi hewan-hewan tertentu. khususnya marmot, yang bisa menularkan pes.

Otoritas setempat juga diminta melaporkan temuan marmot yang sakit atau mati, serta hewan lain yang terkait.

Masyarakat juga diminta untuk melaporkan dugaan pes apabila ditemukan orang dengan demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya, serta pasien yang meninggal mendadak.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Sempat Jadi Pandemi

Ilustrasi wabah maut hitam atau Black Death (Wikipedia)

Dikutip dari Health, pes sempat menjadi pandemi yang dikenal sebagai "maut hitam" dan disebut-sebut sebagai pandemi paling mematikan dalam sejarah. 30 hingga 50 persen populasi di Eropa menjadi korban meninggal di abad ke 14.

Saat ini, penyakit pes memang sudah jarang dilaporkan. Meski pun begitu pada November lalu, Xinhua melaporkan beberapa seorang Mongolia yang memburu dan memakan kelinci terjangkit penyakit itu.

Selain itu, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat melaporkan setidaknya hanya ada tujuh kasus penyakit pes dilaporkan di negara tersebut. Umumnya, penyakit ini ditemukan di daerah pedesaan.

Center for Food Security and Public Health di Iowa State University menyatakan bahwa penyakit pes disebabkan oleh yersinia pestis. Bakteri tersebut umumnya dibawa oleh tikus, kelinci, coyote, kambing, domba, dan kucing.

CDC juga mengatakan bahwa bakteri bisa masuk lewat gigitan kutu, kontak langsung dengan hewan terinfeksi, atau menghirup bakterinya.

Penyakit ini bisa diobati namun di sini, diagnosis dini dan antibiotik sangatlah penting. Selain itu, para ahli kesehatan juga mengatakan bahwa pes sudah tidak lagi berpotensi menjadi pandemi karena penyakit tersebut mudah dicegah dan sudah ada pengobatannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya