Liputan6.com, Jakarta World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa pandemi COVID-19 ikut berdampak pada perawatan orang dengan HIV/AIDS.
Dalam konferensi persnya di konferensi AIDS internasional pada Senin kemarin, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pandemi membuat berkurangnya akses obat-obatan HIV.
Advertisement
"73 negara telah melaporkan bahwa mereka berisiko kehabisan obat antiretroviral (ARV)," kata Tedros seperti dikutip dari laman resmi WHO pada Selasa (7/7/2020).
"Untuk mengurangi dampak pandemi pada akses pengobatan, WHO merekomendasikan semua negara untuk meresepkan ARV untuk jangka waktu yang lebih lama, hingga enam bulan sambil menopang rantai pasokan untuk semua obat-obatan," ujarnya.
WHO juga mendorong agar semua negara melakukan semua hal yang mereka bisa demi memastikan terjaganya layanan pencegahan, diagnostik, serta perawatan untuk semua orang yang hidup maupun terdampak HIV/AIDS. Hal ini juga terkait dengan berkurangnya pasokan kondom dan obat-obatan untuk mencegah penularan.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Target 2020 Tak Akan Tercapai
Tedros mengatakan, di 2018 dan 2019, jumlah infeksi baru HIV ada di angka 1,7 juta. Selain itu, angka kematian terkait AIDS juga menurun meski sedikit.
Dia menyebut, meski ada kemajuan dalam peningkatan cakupan pengobatan, namun target yang ditetapkan untuk tahun 2020 tidak akan tercapai.
"Kemajuan terhenti karena layanan pencegahan dan pengujian HIV tidak menjangkau kelompok yang paling membutuhkannya," kata mantan menteri kesehatan dan luar negeri Ethiopia itu.
Tedros mengatakan, akses layanan untuk kelompok rentan juga harus diperluas melalui keterlibatan masyarakat yang lebih kuat, peningkatan penyediaan layanan, serta penanggulangan stigma dan diskriminasi.
"Walaupun menangani COVID-19 adalah prioritas global, kita tidak boleh berpaling dari 38 juta orang yang hidup dengan HIV dan jutaan lainnya yang berisiko terinfeksi," ujarnya.
Advertisement