Jokowi Minta Tekan COVID-19 dalam 2 Minggu, Kasus Masih Tinggi di Jatim

Permintaan Presiden Joko Widodo agar Jawa Timur tekan COVID-19 dalam dua minggu. Begini kondisi epidemiologinya.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Jul 2020, 17:26 WIB
Ilustrasi coronavirus, virus corona, koronavirus, Covid-19. Kredit: Fernando Zhiminaicela via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Jawa Timur untuk menekan penyebaran COVID-19 dalam dua minggu. Pada Rabu, 8 Juli 2020 merupakan batas akhir permintaan Jokowi tersebut.

Jika melihat data Kementerian Kesehatan dan gugus tugas Jawa Timur, jumlah pasien positif COVID-19 masih meningkat di Jawa Timur.

Sebelumnya Jokowi meminta angka penyebaran COVID-19 dapat turun di Jawa Timur pada 25 Juni 2020. Pada 25 Juni 2020, angka pasien positif Corona COVID-19 di Jawa Timur mencapai 10.532 orang.

Hingga 7 Juli 2020, pasien positif Corona COVID-19 mencapai 14.578 orang. Pada Selasa, 7 Juli 2020, ada tambahan pasien baru COVID-19 sebanyak 308 orang. 

Dari total pasien positif COVID-19, Surabaya Raya yaitu Surabaya, Gresik dan Sidoarjo mencatatkan pasien positif COVID-19 terbanyak di Jawa Timur.

Surabaya catatkan 6.573 orang, kemudian disusul Kabupaten Sidoarjo sebanyak 2.102 orang, dan Kabupaten Gresik sebanyak 969 orang. Wilayah lainnya di Jawa Timur yang sumbang positif COVID-19 terbanyak yaitu di Kabupaten Pasuruan sebanyak 391 orang dan Kabupaten Jombang sebanyak 309 orang.

Sementara itu, pasien sembuh dari Corona COVID-19 bertambah 205 orang sehingga menjadi 5.316 orang hingga 7 Juli 2020. Pasien dirawat bertambah 80 orang menjadi 7.883 orang. Di satu sisi, pasien meninggal bertambah 23 orang menjadi 1.112 orang. Hal itu seperti dikutip dari data Dinas Kominfo Jawa Timur yang diunggah di instagram @JatimPemprov.

Pakar Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Dr Windhu Purnomo menuturkan, kasus COVID-19 yang tinggi di Jawa Timur tersebut menunjukkan masih terjadi penularan COVID-19 di masyarakat. Selain itu, ia menilai pengendalian COVID-19 masih belum dapat dilakukan.

"Kasus baru muncul jadi penularan masih terjadi. Penularan ada karena orang masih berdekatan, dan pergerakan orang bebas. Tinggi ini belum terkendali,” ujar Windhu saat dihubungi Liputan6.com, Rabu, (8/7/2020).

Ia menuturkan, kondisi COVID-19 di Jawa Timur masih berisiko jika dilihat dari sisi epidemiologi. Windhu menuturkan, attack rate Jawa Timur berada di angka 32. Attack rate atau tingkat risiko terkena COVID-19 dibagi jumlah penduduk. Artinya, dalam 100.000 penduduk Jawa Timur ada 32 orang yang terkonfirmasi positif COVID-19.

"Jawa Timur di angka 32, tetapi bukan tertinggi. Posisi Jawa Timur berada di posisi 12 di antara provinsi lainnya, jadi masih ada provinsi lain yang tinggi seperti DKI Jakarta di nomor satu dengan angka 114. Kemudian Kalimantan Selatan attack rate nya 32-34," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Attack Rate di Surabaya Meningkat

Ilustrasi Covid-19, virus corona. Kredit: Miroslava Chrienova via Pixabay

Windhu menambahkan, per 5 Juli 2020, attack rate Surabaya di angka 211. Windhu menuturkan, attack rate tersebut meningkat dibandingkan saat pelaksanaan PSBB.

"Ketika PSBB attack rate Surabaya 90, sekarang di angka 211 jadi naik dua kali lipat. Surabaya termasuk kota yang tertinggi untuk attack ratenya," ujar Windhu.

Selain kasus COVID-19 tinggi, Windhu mengatakan, angka kematian karena COVID-19 juga tinggi di Jawa Timur.  "Angka kematian di Jawa Timur 7,6 persen, Surabaya 7,9 persen. Ini artinya 100 orang terkonfirmasi positif yang meninggal delapan orang. Angka kematian tinggi ini harus diturunkan," kata dia.

Oleh karena itu, ia menuturkan, kapasitas rumah sakit seharusnya ditingkatkan untuk menekan angka kematian karena COVID-19. Windhu juga mengharapkan ada satu rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur yang khusus menangani COVID-19.

Meski angka kasus positif dan kematian karena COVID-19 masih tinggi, Windhu menambahkan, transmission rate (Rt) atau tingkat penularan di Jawa Timur dan Surabaya membaik.

"Dalam 2-3 hari terakhir sudah di bawah satu, tapi belum stabil. Rt harus stabil dalam 14 hari," kata dia.

Sementara itu, kasus positif COVID-19 juga terus bertambah sejak target permintaan Jokowi tersebut pada 25 Juni 2020.

Pada Selasa, 7 Juli 2020, ada tambahan pasien baru COVID-19 sebanyak 308 orang. Selanjutnya pada 6 Juli 2020 ada tambahan pasien COVID-19 sebanyak 270 orang, 5 Juli ada tambahan 419 orang, 4 Juli bertambah 441 orang, 3 Juli bertambah 340 orang, 2 Juli bertambah 313 orang, dan 1 Juli 2020 bertambah 316 orang. Sementara itu, pada 30 Juni bertambah 389 orang, 29 Juni meningkat 24 orang, 28 Juni ada tambahan 241 orang, 27 Juni sebanyak 299 orang, 26 Juni sebanyak 363 orang dan 25 Juni sebanyak 333 orang.


Perlu Kedisiplinan Warga

Petugas kepolisian India berdiri disamping grafiti yang mengilustrasikan virus corona di Bangalore (3/4/2020). Grafiti tersebut dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mematuhi lockdown yang diberlakukan pemerintah India sebagai langkah pencegahan COVID-19. (Xinhua/Stringer)

Windhu menuturkan, pemerintah pusat juga tidak hanya melihat dari angka kasus positif COVID-19 yang terjadi di Jawa Timur. Ia menilai, pemerintah pusat harus menilai bagaimana upaya-upaya pemerintah provinsi Jawa Timur dan pemerintah daerah mulai dari Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik yang sumbang kasus tertinggi COVID-19 di Jawa Timur untuk menangani COVID-19.

Windhu menilai, upaya pemerintah kota Surabaya sudah agresif untuk melakukan pendisiplinan warga untuk patuh protokol kesehatan. Hal ini dilihat dari razia masker, sejumlah jalan protokol ditutup sebagai upaya untuk menekan penyebaran COVID-19. Meski demikian, Windhu menuturkan, perlu ada penegakan hukum tegas yang dimasukkan dalam aturan sehingga mendorong masyarakat disiplin terhadap protokol kesehatan.

"Harus ada law enforcement untuk disiplinkan masyarakat. Harus ada kerja sama pemerintah kota dan masyarakat,” kata dia.

Selain itu, ia juga mengharapkan pemerintah pusat juga dapat membantu pemerintah provinsi Jawa Timur dan Surabaya untuk menekan COVID-19.

"Presiden harus tetap pantau kinerja jangan hanya melihat dari angka saja tetapi apa yang sudah dikerjakan, gugus tugas pusat juga bisa bantu,” kata dia.

Windhu juga mengimbau agar testing COVID-19 tetap dilakukan untuk menemukan kasus positif COVID-19. Apalagi menurut Windhu, testing di Jawa Timur masih belum ideal. Dengan ditemukan kasus positif sehingga segera dilakukan penanganan COVID-19.

"Tetap melakukan testing masif. Harus ditingkatkan untuk menangkap kasus di bawah permukaan," kata dia.

Sebelumnya Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 di Indonesia, Achmad Yurianto menuturkan, Jawa Timur baru melaksanakan 1.428 per 1 juta penduduk terkait pemeriksaan lab berbasis PCR.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya