Dirut KAI Prediksi Penumpang Kereta Api Masih Lesu di 2021

Dirut KAI Didiek Hartantyo mengaku masih belum bisa memperkirakan kondisi oprasional perusahaannya di tahun depan atau 2021.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Jul 2020, 14:27 WIB
Penumpang Kereta Api Luar Biasa (KLB) di Stasiun Gambir, Jakarta, Selasa (12/5/2020). PT KAI mengoperasikan tiga rute dengan enam perjalanan kereta setiap harinya untuk penumpang yang dikecualikan sesuai aturan pemerintah dengan penerapan protokol pencegahan Covid-19. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, Didiek Hartantyo mengaku masih belum bisa memperkirakan kondisi oprasional perusahaannya di tahun depan atau 2021.

Berkaca pada tahun ini, menurutnya di 2021 tak jauh berbeda kondisinya masih berat untuk bisa pulihkan arus kas perusahaan.

"Kami belum meyakinkan tahun 2021 kondisi ekonomi dan transportasi seperti apa. Kita masih kesulitan di 2021 dengan kondisi yang new normal," kata dia dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (8/7/2020).

Dia mengatakan di pertengahan semester ini saja animo masyarakat masih belum terlihat besar yang menggunakan transportasi KA. Selain ada pembatasan jumlah penunpang, protokol kesehatan ketat yang harus dipenuhi masyarakat juga membuat mereka lebih memilih moda transportasi lain.

"Saat ini KAI sedang mencoba menjalankan kereta api jarak jauh namun animo masyarakat masih belum tinggi karena ada batasan. Hal ini yang kami akan antisipasi 2021 belum begitu baik," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kinerja Perseroan

Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo (dok: KAI)

Sebelumnya, Didiek mengakui pandemi Covid-19 berdampak langsung terhadap kinerja operasional perusahaan hingga akhir tahun. Bahkan arus kas bersih yang berasal dari operasional Perseroan diproyeksikan pada akhir tahun mengalami defisit atau minus Rp3,44 triliun.

Dia menjelaskan, hitung-hitungan itu didapat dari pendapatan operasional sepanjang tahun 2020 diperkirakan hanya mencapai Rp11,98 triliun. Sementara pembayaran kepada pemasok dan karyawan PT KAI kebutuhannya mencapai Rp14,02 triliun sampai akhir tahun.

Adapun biaya pegawai yang dikeluarkan pihaknya juga sudah disesuaikan dengan tidak melakukan rekrutmen pada tahun 2020. Kemudian juga mempertimbangkan penurunan premi awak KA karena pembatasan operasional KA dan tidak memprogramkan IKKK dengan total nilai efisiensi mencapai Rp1,8 triliun.

 


Beban Bunga

Petugas membersihkan gerbong kereta api di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Minggu (15/3/2020). PT KAI Daop I Jakarta melakukan penyemprotan disinfektan dan pembersihan KA jarak jauh untuk antisipasi dan pencegahan penyebaran COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Kemudian perusahaan juga dibebankan untuk pembayaran bunga dan beban keuangan yang diperkirakan mencapai minus Rp920 miliar sampai akhir tahun dan pembayaran pajak penghasilan mencapai minus Rp479 miliar.

"Setelah dilakukan efisiensi pemotongan biaya operasional kas Kami sampai akhir tahun maka sebesar minus Rp 3,44 triliun," kata dia.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya