Liputan6.com, Blora - Hama tikus menyerang tanaman jagung dan padi milik petani di lahan persawahan Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Khawatir hama semakin banyak dan meluas, warga berinisiatif melakukan gropyokan, bahkan satu ekor tikus oleh Dinas Pertanian dihargai Rp1000.
Selama dua hari, warga berhasil mengumpulkan tikus hingga 16.024 ekor.
"Tentunya senang, sering ada kegiatan seperti ini malah sae (bagus). Selain bisa jual tikus juga mengurangi hama tikus," kata Saji, salah seorang petani dari Kedungtuban kepada Liputan6.com, Rabu (8/7/2020).
Baca Juga
Advertisement
Saji mengatakan sejak pagi tadi hingga siang hari berhasil menangkap tikus hingga ratusan ekor.
"Ini dapat 262 ekor, alhamdulillah," katanya di sela-sela menyetorkan buntut tikus ke panitia kegiatan.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Lilik Setyawan mengatakan, kegiatan gropyokan perdana di 2020 ini dilakukan lantaran hama tikus sudah mulai mengkhawatirkan.
"Kita dibantu pihak Pemerintah Kecamatan Kedungtuban dengan dukungan Kepala Desa se-Kecamatan Kedungtuban," kata Lilik.
Lilik mengatakan, membeli dengan harga Rp1000 per tikus merupakan cara Dinas Pertanian dalam membasmi hama tikus penyebab gagal panen.
Dana khusus pembelian tikus itu anggarannya dari APBD yang jumlahnya Rp20 juta. Dengan kegiatan tersebut diharapkan petani makin bergairah memburu hama tikus agar hasil panennya semakin baik.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Makin Merajalela
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Blora, Reni Miharti menjelaskan, gerakan pengendalian (Gerdal) hama tikus dilakukan secara gotong royong lantaran saat ini hewan pengerat itu makin merajalela.
"Utamanya pada wilayah-wilayah sawah yang selama setahun ini menanam padi terus," katanya.
Berdasarkan pantauannya di 16 Kecamatan se-Kabupaten Blora, Reni mengaku, tikus selain menyerang tanaman padi juga menyerang tanaman jagung.
Dia menjelaskan, gropyokan tikus yang dilakukan ini dalam rangka untuk pengamanan produksi padi di wilayah Kedungtuban.
"Ini mempersiapkan masa tanam (MT) yang ke tiga, sehingga ini dibersihkan dulu tikusnya sebelum ditanami," jelasnya.
Demi mengusir tikus, selama ini para petani di Blora sudah mencoba mengendalikan dengan berbagai cara dan ternyata tikus terus merajalela.
"Bahkan biar cepat terkendali itu sampai-sampai para petani pakai setrum listrik, tapi itu tidak kita anjurkan karena sangat membahayakan," katanya.
Advertisement
Bukti Buntut Tikus
Pantauan Liputan6.com, tampak para petani dibantu sejumlah kepala desa, pejabat pemerintah daerah, kemudian dari unsur TNI dan Polri, ramai-ramai mencari dan mengejar tikus dengan alat pukul masing-masing. Usai tikus ditangkap dan dibunuh, warga kemudian memotong buntut atau ekor tikus dibawa ke panitia dan ditukarkan dengan uang.
Untuk diketahui, Kabupaten Blora sebagai salah satu sentra produksi padi di Jawa Tengah dengan produksi padi sebesar 576.948 ton gabah kering panen (GKP) dengan luas panen sebesar 108.532 hektare di tahun 2019.
Terdapat 3 (tiga) kecamatan penyumbang produksi padi dengan pola tanam padi 3 (tiga) kali dalam setahun, yaitu Kecamatan Cepu, Kecamatan Kedungtuban dan Kecamatan Kradenan.
Kecamatan Kedungtuban adalah sebagai salah satu penyumbang produksi padi terbesar di Kabupaten Blora dengan produksi padi sebesar 23.896 ton GKP dengan luas panen 14.613 hektare di tahun 2019.
Tikus Bergerak Menyilang
Pada kesempatan lain, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan Kementan terus berupaya mengendalikan hama tikus yang menyerang pertanaman padi. Pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu prinsip dasar dari Sistem Pengendalian Hama Terpadu' Petugas pengendali OPT memberikan bimbingan tentang upaya pengendalian tikus kepada petani.
“Kunci keberhasilan pengendalian tikus ini adalah bagaimana cara menggerakkan kekompakan para petani. Kalau dilakukan sendiri-sendiri sama saja hasilnya karena jangkauan habitat tikus ini cukup luas, maka dari itu penting untuk melakukan gerakan pengendalian secara bersama-sama dengan alat alat pendukung yang ada,” terangnya.
“Upaya pengamanan produksi di masa Pandemi Covid 19 ini sangat penting, jangan sampai serangan semakin meluas dan terlambat bertindak. Kami jalankan apa yang selalu diwanti-wanti Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo untuk tetap menjaga produksi dan tetap beraktivitas dengan hati-hati,” kata Suwandi.
Sementara itu Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BPTH) Sulawesi Selatan, Uvan Nurwahidah menjelaskan tikus termasuk OPT yang sering menyerang tanaman padi, sehingga harus dikendalikan. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu mengendalikan tikus secara individu karena sumber makanan tikus tidak selalu berada di hamparan sekitar sarangnya.
“Dalam mencari makan, tikus akan bergerak secara menyilang atau berkeliling dalam luasan 150 meter, sehingga pengendalian tikus harus dilakukan secara bersama-sama dengan jarak pengendalian minimal 150 meter,” jelasnya.
“Pengendalian tikus harus dimulai dari awal, yakni sebelum pengolahan lahan. Beberapa cara atau metode pengendalian dapat dilakukan seperti melalui gropyokan masal, pemasangan umpan, fumigasi atau pengemposan, Trap Barrier System dan Light Trap Barrier System, serta pemanfaatan musuh alami,” tambah Uvan.
Advertisement
Tikus Menyerang 9 Desa
DI daerah lain, hama tikus menyerang ratusan hektare lahan padi sawah di sejumlah wilayah di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, hingga meresahkan petani karena berimbas pada ancaman gagal panen dan kerugian.
Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Kabupaten Magetan, Jawa Timur, Sumarno mengatakan, hama tikus menyerang sembilan desa di Kabupaten Magetan dengan luas mencapai 455 hektare, Kamis, 23 Januari 2020.
"Wilayah sembilan desa yang terserang hama tikus tersebut semuanya ada di Kecamatan Kartoharjo," ujar Sumarno kepada wartaawan di Magetan, dilansir dari Antara.
Menyikapi kondisi tersebut, DTPHPKP Kabupaten Magetan melakukan sejumlah langkah pengendalian dan pemberantasan hama tikus. Di antaranya, pengadaan emposan tikus dan pembagian racun tikus kepada petani. Selain itu, pihaknya juga akan melakukan "gropyokan" (kejar dan bunuh) tikus secara serentak.
"Gropyokan harus serentak atau bersama-sama. Kalau dilakukan sendiri-sendiri kurang efektif. Tikus bisa memiliki ruang untuk kabur ke daerah yang tidak dilakukan gropyokan," katanya di Magetan.
Bakar Lubang Tikus
Selain itu, petani juga menggunakan cara manual lainnya, seperti dengan membakar lubang yang menjadi sarang tikus. Meski demikian, hama tikus belum dapat dibasmi sepenuhnya.
Hama tikus tersebut biasanya menyerang tanaman padi yang baru saja ditanam. Yakni di usia sekitar 10 hingga 15 hari setelah tanam.
Sulitnya pembasmian hama tikus membuat petani di wilayah Kartoharjo resah. Sebab, kondisi tersebut dipastikan akan membuat hasil panen menurun.
Selain itu, tanaman yang dimakan tikus dipastikan akan mati, sehingga petani terpaksa melakukan penanaman bibit ulang. Hal itu membuat biaya operasional untuk bibit, pupuk, air, dan tenaga tanam membengkak.
Diharapkan, hama tikus dapat segera diatasi, sehingga tidak meresahkan para petani. Serangan hama tikus juga melanda sejumlah wilayah sekitar, yakni di Kabupaten Madiun dan Ngawi.
Advertisement
Sepasang Tikus Bisa Jadi 2 Ribu Ekor Setahun
Demikian juga di daerah lainnya. Hama tikus menyerang 100 hektare lahan padi di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Petani pun menjadi resah karena terancam gagal panen dan merugi.
Lahan padi yang diserang hama tikus berada di Pilangkenceng, Wonoasri, dan Balerejo. Luas lahan yang terdampak berbeda-beda. Di Pilangkenceng, hama tikus menyerang 54 hektare lahan padi, Balerejo 30 hektare, dan Wonoasri, 16 hektare.
“Kebanyakan yang diserang itu tanaman padi yang baru tanam, sekitar umur 10 sampai 15 hari setelah masa tanam," ujar Sumanto, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH), Dinas Pertanian dan Perikanan (Disperta) Kabupaten Madiun, seperti yang dikutip dari Antara, Jumat (17/1/2020).
Untuk mengatasi hal itu, ia sudah menyiapkan sejumlah langkah pengendalian dan pemberantasan hama tikus, seperti pengadaan 400 unit emposan tikus dan pembagian racun tikus kepada petani.
Ia juga akan melakukan "gropyokan" (kejar dan bunuh) tikus secara serentak supaya lebih efektif. Jika dilakukan sendiri-sendiri, tikus masih bisa memiliki ruang untuk kabur ke areal yang kosong.
Sumanto juga mengarahkan petani untuk menanam tanaman yang tidak disukai tikus, misal bawang merah, tembakau, ataupun cabai saat kemarau, sehingga tingkat perkembangbiakan tikus dapat ditekan dan dibasmi.
Tikus akan cepat berkembang biak dan menjadi hama bagi petani jika makanannya melimpah. Sepasang tikus bisa berkembang biak menjadi 2.300 ekor dalam satu tahun.