Tiba di Kalteng, Jokowi Tinjau Pengembangan Food Estate

Kedatangan Presiden Jokowi ke Kalimantan Tengah dalam rangka peninjauan lahan terkait pelaksanaan program ketahanan pangan nasional yakni food estate.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2020, 10:10 WIB
Presiden Jokowi menuruni tangga pesawat Kepresidenan saat tiba di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Kamis (24/5). Pesawat kepresidenan resmi menjadi pesawat pertama yang mendarat bandara tersebut. (Liputan6.com/Pool/Setpres)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) tiba di Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya, Kalimantan Tengah pada Kamis (9/7) pagi dan disambut oleh Gubernur Sugianto Sabran beserta jajaran.

Dikutip dari Antara, Kamis (9/7/2020), kedatangan Presiden Jokowi kali ini dalam rangka peninjauan lahan terkait pelaksanaan program ketahanan pangan nasional yakni food estate atau lumbung pangan baru di Kalimantan Tengah.

Lokasi pelaksanaan program tersebut, rencananya berada di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau yang hingga saat ini terus dipersiapkan dan dimantapkan.

Diketahui sebelum kedatangan Presiden Jokowi kali ini, sejumlah menteri maupun wakil menteri sudah beberapa kali melakukan peninjauan terhadap lahan terkait food estate tersebut, di antaranya Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basoeki Hadimoeljono.

Kemudian Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/BPN Dr Sofyan Djalil, serta Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga. Hingga Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LHK) Alue Dohong.

Selain rencana peninjauan lahan terkait food estate tersebut, kedatangan Presiden Jokowi sekaligus melakukan rapat dan koordinasi bersama pemerintah daerah terkait perkembangan penanganan COVID-19 di wilayah setempat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bareng Kementan, Kementerian PUPR Garap 28 Ribu Ha Food Estate di Kalteng

Salah satu strategi untuk mengantisipasi kemarau dilakukan Kelompok Tani Unggul, Desa Taman Martani dengan bermitra bersama PB Usaha Tani memproduksi benih padi tahan.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Kementerian Pertanian (Kementan) saling berkolaborasi dalam rangka mensinergikan program pengembangan food estate di kawasan aluvial pada lahan eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah (Kalteng) yang diharapkan menjadi lumbung pangan baru di luar Pulau Jawa dan menjadi salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, sinergi perencanaan infrastruktur irigasi dan pertanian yang dilakukan antara Kementerian PUPR bersama Kementan bertujuan untuk mengembangkan food estate yang modern di Kalteng.

"Jadi kita memang fokusnya untuk menyiapkan food estate yang modern, sehingga nantinya tidak hanya dimanfaatkan saat produksi tetapi juga pasca produksi," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/7/2020).

Dalam pengembangan food estate ini, menurut Menteri Basuki, Kementerian PUPR mendukung manajemen water melalui rehabilitasi dan peningkatan saluran dan jaringan irigasi, baik mulai irigasi primer, sekunder, tersier maupun kuarternya. Sementara Kementan sebagai pelaku utama untuk menyiapkan agriculture practice, seperti penyiapan saluran cacingan, cetak sawah, pupuk, bibit, hingga pasca produksi.

Selain itu, kedua kementerian juga sudah sepakat bekerja pada 2020 ini untuk memprioritaskan lahan seluas 28 ribu hektare (ha) di kawasan tersebut.

"Karena musim tanamnya adalah bulan April - September dan Oktober-Maret. Untuk itu, kami mempersiapkan untuk musim tanam Oktober-Maret," ujar Menteri Basuki. 


Lahan Seluas 165 Ribu Ha

Petani memupuk tanaman padi di Karawang, Jawa Barat, Senin (4/7). Kementerian Pertanian optimis target produksi padi sebesar 75,13 juta ton pada tahun 2016 dapat tercapai. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Food estate kawasan aluvial pada lahan eks-PLG tersebut memiliki lahan potensial seluas 165 ribu ha. Dari lahan potensial tersebut, seluas 85 ribu ha merupakan lahan fungsional yang sudah digunakan untuk berproduksi setiap tahunnya.

Sementara 79.500 ha sisanya sudah berupa semak belukar sehingga perlu dilakukan pembersihan (land clearing) saja, tanpa perlu dilakukan cetak sawah kembali dan peningkatan irigasi. Khusus untuk peningkatan irigasi, diperkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,9 triliun untuk 2021 dan 2022.

Sedangkan dari 85.500 ha lahan fungsional, sekitar 28 ribu ha kondisi irigasinya baik. Sementara 57.200 ha lahan lainnya diperlukan rehabilitasi jaringan irigasi dengan perkiraan kebutuhan anggaran sebesar Rp 1,05 triliun.

Rehabilitasi ini dikerjakan secara bertahap mulai 2020 hingga 2022, dengan rincian 2020 seluas 1.210 ha senilai Rp 73 miliar. Pada 2021 seluas 33.335 ha senilai Rp 484,3 miliar dan 2022 seluas 22.655 ha senilai Rp 497,2 miliar.

Pada Tahun Anggaran 2020, kegiatan rehabilitasi irigasi yang dilakukan Kementerian PUPR meliputi 4 kegiatan fisik yakni rehabilitasi seluas 1.210 ha dengan anggaran Rp 26 miliar dan dua kegiatan perencanaan seluas 164.595 ha dengan anggaran Rp 47 miliar.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pertemuan tersebut merupakan bentuk kolaborasi antar Kementerian dalam membangun program yang menjadi prioritas Pemerintah.

"Intinya kerja sama Kementerian akan saling membutuhkan. Karena tidak ada pertanian tanpa air, sedangkan jaringan irigasi itu membutuhkan air yang disiapkan oleh Kementerian PUPR. Jadi sesudah water manajemennya selesai, Kementan baru memulai persiapan pertaniaannya, prasarananya, dan alat-alatnya," tutur Syahrul Yasin Limpo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya