Boyolali - Kondisi Gunung Merapi yang menggembung membuat Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mempersiapkan evakuasi warga lereng Merapi.
Untuk mengantisipasi terjadinya musibah meletusnya Gunung Merapi, BPBD sudah mempersiapkan skenario penyelamatan warga. Salah satunya berkoordinasi dengan daerah tujuan pengungsian.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Boyolali, Bambang Sinungharjo, mengatakan untuk persiapan evakuasi pihaknya telah melakukan persiapan dan sosialisasi kepada warga lereng Merapi sejak tiga bulan lalu.
Baca Juga
Advertisement
“Persiapan sudah kami lakukan sejak Merapi mengalami erupsi tiga kali berturut-turut kemarin [akhir Maret sampai awal April] ,” kata dia kepada wartawan, Rabu (9/7/2020).
Dia menjelaskan saat ini desa-desa yang ada di lereng Gunung Merapi telah memiliki desa saudara atau desa keluarga yang nantinya menjadi tujuan pengungsian warga.
Dia menyebutkan untuk Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, desa saudaranya adalah Desa Mertoyudan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang. “Kami sudah ke sana, sudah kami konsolidasikan dan sudah ada MoU,” jelas dia.
“Kami sudah ke sana, sudah kami konsolidasikan dan sudah ada MoU,” jelas dia.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Pengungsian di Tengah Pandemi Covid-19
Kemudian untuk desa keluarga Desa Klakah, Kecamatan Selo, adalah Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Untuk desa saudara Desa Jrakah, Kecamatan Selo adalah Desa Mudal, Kecamatan Boyolali.
Bambang menjelaskan jika harus ada evakuasi warga lereng Merapi, pihaknya sudah menyiapkan jalur evakuasi yang sudah disosialisasikan kepada warga setempat.
Nantinya warga akan ditempatkan ke tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) di daerah setempat. “Kalau memang erupsinya signifikan langsung kami bawa ke desa keluarga,” lanjut dia.
Berkaitan dengan masa pandemi Covid 19, nantinya proses evakuasi warga juga akan mempertimbangkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Berdasarkan catatan BPBD, saat ini jumlah warga Desa Klakah lereng Merapi sekitar 2.973 jiwa. Untuk Desa Jrakah terdapat sekitar 4.430 jiwa, sedangkan Desa Tlogolele memiliki 2.786 penduduk.
Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di tengah kunjungannya ke Desa Tlogolele, mengatakan warga lereng Merapi relatif sudah siap.
“Tinggal kami siapkan model siaganya seperti apa. Kalau dilihat secara mental, kebiasaan dan pengalaman, masyarakat lebih siap. Hal yang menarik desa ini punya desa saudara dalam penanganan bencana. Itu keren. Apalagi melibatkan dua kabupaten. Ini bisa dijadikan contoh nasional,” kata dia, Rabu.
Advertisement
Penjelasan BPPTKG
Warga di wilayah Soloraya diminta waspada menyusul kondisi Gunung Merapi yang menggembung dalam beberapa hari terakhir.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida, mengatakan kondisi Gunung Merapi hingga Rabu (8/7/2020) siang, masih waspada.
"Memang ada penggembungan tubuhnya tapi kecepatan penggembungannya masih kecil. Penggembungan terjadi pascaerupsi 21 Juni lalu. Jadi sejak 22 juni sampai sekarang," kata dia kepada wartawan di Pos Pengamatan Gunung Api Merapi Jrakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Rabu.
Dia menyebutkan Gunung Merapi menggembung sekitar 0,5 sentimeter per harinya. Dia mengatakan kecepatan penggembungan tersebut masih tergolong rendah dibandingkan pada 2010 lalu yang mencapai 130 sentimeter dalam sebulan.
Menurutnya dari indikasi yang ada, Gunung Merapi akan kembali mengalami erupsi atau akan tumbuh kubah lava. Dia juga menyampaikan sebelum 21 Juni lalu sudah ada gempa vulkanik yang terjadi baik yang sifatnya dangkal maupun dalam.
"Memang sejak 2018 aktivitas Gunung Merapi tidak pernah berhenti, aktivitas terus ada. Jadi status masih waspada, artinya aktivitasnya di atas normal. Namun belum membahayakan penduduk di lereng Merapi asal di dalam radius 3 km dari puncak tidak boleh ada aktivitas warga," lanjut dia.
Simak berita menarik Solopos.com lainnya, di sini: