Duh, Pengguna Smartphone Murah Jadi Sasaran Malware dari Aplikasi Prainstal

Dalam beberapa kasus, modul adware sudah diinstal sebelum pengguna menerima smartphone mereka (pra-instal). Hal inipun dapat membahayakan pengguna.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 11 Jul 2020, 09:00 WIB
Waspada, smartphone murah mengandung adware pre-instal yang membahayakan data pengguna (Foto: Kaspersky)

Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya komputer atau laptop, smartphone juga banyak jadi target serangan siber. Survei Kaspersky mengungkap, 14,8 persen penggunanya telah menjadi target malware atau adware pada tahun 2019 yang menginfeksi partisi sistem.

Infeksi partisi sistem ini menyebabkan file berbahaya tidak dapat dihapus. Tak hanya itu, di smartphone, aplikasi bawaan yang sifatnya prainstal juga turut berperan.

Risiko aplikasi tidak dapat dihapus bervariasi dari satu hingga lima persen terdapat di smartphone murah dan bisa meningkat hingga 27 persen dalam kasus ekstrem.

Dalam beberapa kasus, modul adware sudah diinstal sebelum pengguna menerima smartphone mereka. Hal ini pun dapat membahayakan pengguna.

Salah satunya karena banyak smartphone yang memiliki fungsi menyediakan akses jarak jauh ke perangkat dan disalahgunakan. Data pengguna yang ada di smartphone pun bisa jatuh ke pihak lain.

Mengenai hal ini, Kaspersky menyebut, beberapa vendor secara terbuka mengakui menanamkan adware di smartphone mereka. Sebagian mengaku, mengizinkan pengguna untuk menonaktifkan aplikasi tersebut.

Sementara lainnya tak mengizinkan pengguna menonaktifkan aplikasi tersebut karena menganggapnya sebagai bagian dari model bisnis, guna mengurangi biaya produksi.

Pengguna pun hanya bisa memilih untuk membeli smartphone dengan harga murah, tetapi dengan iklan seumur hidup.


Berbahaya

Handset Xiaomi Mi4 diduga mengandung malware jenis spyware dan adware secara pre-load.

"Analisis kami menunjukkan, pengguna smartphone tak hanya diserang adware tetapi perangkat mereka berisiko, sebelum sampai di tangan," kata Peneliti Keamanan Kaspersky, Igor Golovin, dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Jumat (10/7/2020).

Lebih lanjut, Golovin menyebut, pelanggan tidak sadar akan hal ini.

"Beberapa vendor seluler fokus memaksimalkan keuntungan dengan adware di perangkat. Padahal alat tersebut bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi pemilik smartphone," katanya.

Untuk itu, Golovin menyarankan pengguna melihat terlebih dahulu mode smartphone yang ingin mereka beli dan memperhitungkan risiko ini.


Tips dari Kaspersky

Lagi, peneliti temukan aplikasi terinfeksi adware di Google Play Store. (Doc: Google Play Store)

Untuk menghindari risiko yang ditimbulkan adware di smartphone, berikut tips dari Kaspersky:

1. Periksa ulasan pengguna sebelum membeli smartphone

2. Jika perangkat terinfeksi, periksa update firmware atau coba memasang firmware alternatif.

3. Pakai solusi keamanan untuk smartphone, misalnya Kaspersky Internet Security for Android untuk membantu mendeteksi ancaman adware.

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya