Sandiaga: Sambut Bonus Demografi Perlu Investasi Pendidikan 

Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi yakni jumlah penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun, lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif pada pada 2030 mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Jul 2020, 14:35 WIB
Sandiaga Uno membagikan 4.600 APD ke RS Sulianto Saroso. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi yakni jumlah penduduk usia produktif berusia 15-64 tahun, lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif pada pada 2030 mendatang. Berdasarkan data Bappenas, jumlah penduduk usia produktif ini diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahudin Uno mengingatkan, bahwa bonus demografi tersebut bisa menjadi bencana demografi bila tidak ada langkah antisipasinya. Salah satu yang harus dipersiapkan dari sekarang adalah investasi di dunia pendidikan.

Sandiaga memaparkan, penduduk Indonesia 2019 ini berusia 7 tahun, rata-rata mereka berharap bisa mengikuti pendidikan 12 tahun atau hanya hanya lulusan SMA- sederajat.

"Bonus demografi itu akan berubah menjadi bencana demografi kalau kita enggak bisa ubah bahwa mayoritas anak usia 7 tahun ini cuma dapat pendidikan 12 tahun ke depan,” kata Sandi di Jakarta, Sabtu (11/7/2020).

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini berharap pemerintah dan semua pihak benar-benar memikirkan masa depan mereka, sehingga bonus demografi menjadi peluang dan cita-cita Indonesia Emas 2045 terwujud.

"Mereka harus dapat kesempatan pendidikannya minimal sampai S1 (sarjana) selesai, dan sebagian S2 (magister) dan akhirnya S3 (doktor). Jadi bonus demografi itu bisa jadi bencana kalau kita gak invest di pendidikan. Jadi kita harus berikan kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi,” harap Sandiga.


Tingkatkan SDM

Penggagas Rumah Siap Kerja ini menyebutkan saat ini porsi tenaga kerja lulusan pendidikan menengah ke atas sangat minim. Hal itu disebabkan keterampilan dan skill set mereka yang sangat terbatas. Dengan adanya investasi di dunia pendidikan anak-anak saat ini akan memiliki kesempatan kerja yang berkulitas di 2045 mendatang.

"Jadi ini perlu kita tingkatkan sehingga di 2045 di Indonesia Emas mereka punya kesempatan untuk mendapatkan lapangan kerja baru dan berkualitas sesuai revolusi industri 4.0," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya