Menko Airlangga Setujui Pembentukan 2 Kawasan Ekonomi Khusus di Batam

Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa Digital Park Batam memiliki luas lahan 166,45 hektare dengan total investasi Rp16 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jul 2020, 19:46 WIB
Monumen Welcome to Batam menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Batam. Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Airlangga Hartarto menyetujui pembentukan 2 KEK baru di Batam. (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Airlangga Hartarto menyetujui pembentukan 2 KEK baru di Batam. Dua KEK tersebut adalah  KEK Nongsa Digital Park (NDP) dan KEK MRO Batam Aero Technic (BAT). 

Airlangga yang juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian ini mengatakan, Dewan Nasional KEK akan merekomendasikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menetapkan kedua KEK itu melalui Peraturan Pemerintah (PP). 

Diharapkan dengan adanya 2 Kawasan Ekonomi Khusus baru ini karena telah memenuhi persyaratan keberhasilan pengembangan KEK, dan diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja dan mendorong perekonomian daerah.

”KEK Nongsa Digital Park dan KEK MRO Batam Aero Technic hari ini kita setujui untuk ditetapkan sebagai KEK, karena telah memenuhi syarat,” kata Menko Airlangga, di Jakarta, Jumat (10/7/2020).

Setelah Kawasan Ekonomi Khusus ditetapkan, KEK tersebut akan diberikan waktu paling lama 3 tahun sampai KEK siap beroperasi dan dilakukan evaluasi pembangunan setiap tahunnya.

 


Kawasan Ekonomi Khusus Nongsa Digital Park

BP Batam.

Sekretaris Dewan Nasional KEK, Enoh Suharto Pranoto menjelaskan, KEK Nongsa Digital Park memiliki luas lahan 166,45 hektar dengan total investasi Rp16 triliun. Rinciannya, investasi pembangunan Kawasan Rp1,092 triliun, dan investasi tenant Rp14,908 triliun. Total tenaga kerja yang akan terserap sebanyak 16.500 orang.

Pengusulnya adalah PT Taman Resor Internet (PT. Tamarin), salah satu anak perusahaan dari group perusahaan PT. Citra Agramasinti Nusantara atau dikenal sebagai Citramas Group yang telah memiliiki pengalaman dibidang pariwisata, industry kreatif & IT, serta Kawasan industri.

KEK Nongsa Digital Park dinilai siap karena lahan telah dikuasai dan peruntukannnya telah sesuai dengan Perpres No. 87 Tahun 2011. Sudah ada juga investor yang masuk yaitu PT Kinema untuk IT Apple Academy dan calon investor data center PT. Nexus, D-Town Commercial Center. Infrastruktur kawasan telah terbangun di lahan tahap 1 seluas 91,11 hektare, yaitu marina, resort, studio film, IT office, dan golf course.

KEK Nongsa Digital Park diharapkan menjadi entry point untuk perusahaan IT International dari Singapura dan Manca Negara, ditetapkan menjadi IT Hub Digital Bridge Indonesia ke Singapura & Manca Negara. Menghemat devisa negara dalam bisnis digital hingga Rp20-30 triliun per tahun dengan kontribusi terbesar dari sektor data center dan pendidikan Internasional.

”Adanya transfer teknologi di bidang IT sehingga KEK Nongsa Digital Park dapat menjadi pusat pengembangan SDM tenaga IT muda Indonesia menjadi technopreneur. Serta dapat memaksimalkan koneksi internet international, karena terdapat 7 kabel FO bawah laut berjarak 2-3 km dari KEK Nongsa Digital Park, yang dapat dimaksimalkan untuk pengembangan data center, industri animasi," paparnya.

 


Kawasan Ekonomi Khusus MRO Batam Aero Technic

Selanjutnya, KEK MRO Batam Aero Technic (BAT) memiliki luas lahan 30 hektare dengan kegiatan utama industri MRO (Maintenance, Repair, and Overhaul). Nilai investasi Rp 6,2 triliun sampai dengan tahun 2030. KEK ini dapat menyerap tenaga kerja 9.976 orang pada tahun 2030.

Pengusulnya adalah PT Batam Teknik. Perusahaan ini mulai beroperasi tahun 2014 di Bandar Udara Internasional Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau sebagai perusahaan penyedia jasa perawatan dan perbaikan pesawat (MRO). PT Batam Teknik telah berpengalaman dalam melayani MRO untuk pesawat-pesawat Lion Air Group.

Kehadiran KEK ini diharapkan dapat menghemat devisa 65-70 persen dari kebutuhan MRO maskapai penerbangan nasional senilai Rp26 triliun per tahun yang selama ini mengalir ke luar negeri. Dalam jangka menengah diharapkan mampu menangkap peluang dari pasar Asia Pasifik yang memiliki sekitar 12.000 unit pesawat dan nilai bisnis sebesar USD 100 miliar pada tahun 2025.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya