Liputan6.com, Medan - Buah tempayang atau dengan nama Latin Fismiana affinis kini menjadi primadona ekspor baru dari Sumatera Utara (Sumut). Buah ini ternyata diminati di luar negeri. Hal ini diketahui dari 80 ton buah yang dikirim ke India, Malaysia, dan Vietnam.
Kepala Balai Karantina Pertanian Belawan, Hasrul mengatakan, jumlah tersebut yang tercatat di sistem Indonesia Quarantine Full Automation System (IQFAST) sepanjang Januari hingga Juni 2020 senilai Rp2 miliar.
Baca Juga
Advertisement
"Saat ini, tren permintaan fasilitasi ekspor komoditas ini (buah tempayang) terus meningkat setelah perdana diekspor di masa pandemi COVID-19," kata Hasrul, Jumat (10/7/2020).
Diterangkan Hasrul, pihaknya melakukan serangkaian tindakan karantina guna memastikan kesehatan dan keamanan buah tempayang sebelum ekspor.
Sebab, buah tempayang yang juga dikenal dengan kembang semangkuk merupakan komoditas baru.
"Sesuai dengan persyaratan masing-masing negara tujuan. Persyaratan tersebut dapat juga lihat pada website International Plant Protection Convention atau IPPC," terangnya.
Saksikan juga video pilihan berikut:
Pengambilan Sampel
Dijelaskannya, pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium sebelum ekspor.
Pemeriksaan sanitasi gudang penyimpanan dan kontainer juga tidak luput dari mitigasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
"Tujuannya memastikan komoditas buah tempayan dipastikan telah ditangani dengan baik sebelum diekspor," jelasnya.
Bagi Anda yang belum mengetahui, buah tempayang berwarna cokelat. Bentuknya menyerupai biji melinjo, dan di masyarakat dipercaya memiliki banyak khasiat
Misalnya, untuk menyembuhkan panas dalam pada balita, radang tenggorokan, hingga dipercaya dapat meningkatkan kesuburan.
Ada juga yang menyebut buah tempayan sebagai kembang semangkuk. Di tengah pandemi COVID-19 saat ini, khasiat buah ini terdengar sampai ke negara lain, sehingga mulai menjadi primadona komoditas ekspor baru.
Advertisement
Fasilitator Pertanian
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil, mengapresiasi munculnya primadona ekspor baru asal Sumut. Sesuai dengan peran sebagai fasilitator pertanian di perdagangan internasional, pihaknya akan mengawal pelaku usaha dan petani.
"Kita fasilitasi dalam memenuhi persyaratan teknis, sanitari, dan fitosanitari bagi komoditas pertanian ekspor," sebutnya.
Diungkapkan Ali, hal tersebut sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo, salah satunya mendorong peningkatan ekspor sampai tiga kali lipat hingga tahun 2024.
"Kita bertugas memastikan gerakan ini dapat mencapai target yang telah ditetapkan, baik pada bidang on-farm dan off-farm. Itu tugas kita," Ali menandaskan.