Ketum Muhammadiyah: Pandemi Covid-19 Bukan Ilusi dan Konspirasi

Muhammadiyah, kata dia, sudah menggerakan sejumlah sumber dayanya untuk ikut membantu dalam penanganan Covid-19 seperti melalui layanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang dimiliki.

oleh Mevi Linawati diperbarui 18 Jul 2020, 08:24 WIB
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, pandemi Covid-19 bukan sebuah hasil konspirasi. Karena setiap negara dilanda wabah akibat penularan virus SARS-CoV-2 tersebut.

"Pandemi ini bukan ilusi, bukan konspirasi, tetapi realitas objektif yang tidak hanya dihadapi oleh Indonesia tetapi juga oleh seluruh bangsa di berbagai negara," kata Haedar melalui pengajian daring yang dipantau dari Jakarta, Jumat 10 Juli 2020, dilansir dari Antara.

Dia mengatakan, jangan terjebak pada pemikiran konspirasi yang justru membuat terlena terhadap konteks darurat penularan Covid-19 di tengah masyarakat.

Haedar meminta agar jangan berselisih yang tidak produktif hanya karena mempersoalkan konspirasi.

"Kita tidak berselisih untuk hal ini karena ada hal mendasar yang harus kita pahami bersama. Konteksnya adalah konteks darurat pandemi. Ini adalah kondisi objektif agar kita semakin nyata," kata dia.

Muhammadiyah, kata dia, sudah menggerakan sejumlah sumber dayanya untuk ikut membantu dalam penanganan Covid-19 seperti melalui layanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi yang dimiliki.

"Jangan sebagai bagian Islam, kita menjadi bagian dari masalah atau menambah masalah. Kita harus jadi solusi. Saat ada musibah besar alhamdulillah Muhammadiyah mengambil langkah positif untuk memberi solusi itu. Agama dihadirkan untuk menjadi solusi," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Muhammadiyah Ikut Tanggulangi Covid-19

Petugas medis menata sampel penumpang KRL Commuter Line saat tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Selasa, (5/5/2020). Pemkot Bekasi melakukan tes swab secara massal setelah tiga penumpang KRL dari Bogor terdeteksi virus corona. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Haedar mengatakan Muhammadiyah dalam ikut menanggulangi Covid-19, mengkombinasikan penjagaan jiwa dan agama. Dalam menjaga jiwa dilakukan dengan mencegah penularan dan menanggulangi Covid-19.

Sementara penjagaan agama, kata dia, Muhammadiyah mengajak warganya untuk tetap menjauhi kerumunan meski itu seperti shalat berjamaah di masa Covid-19 demi keselamatan bersama.

"Kita mencegah penularan. Menjaga satu nyawa atau 'hifzun nafs' sama dengan seluruh nyawa, menjaga agama atau 'hifdzudin'. Ini jangan dipertentangkan. Bukan tidak salat berjamaah dan salat di rumah itu tidak menjaga agama tapi ini sudah memiliki dasar pertimbangan syariah. Muhammadiyah berusaha 'hifdzudin' dan 'hifdzunafs' jangan dipertentangkan," kata Haedar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya