KSP Sebut Masyarakat Masih Belum Memahami New Normal

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sriphastuti memandang, masih banyak masyarakat tak memahami perilaku new normal.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 11 Jul 2020, 18:16 WIB
Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Liputan6.com, Jakarta - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Brian Sriphastuti memandang, masih banyak masyarakat tak memahami perilaku new normal.

Hal ini karena masih banyaknya masyarakat tak menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan pemerintah untuk menyambut new normal.

"Orang tidak melihat kata 'new', ujug-ujug ke normal. Padahal sebelum menuju new normal. Ada periode prakondisi, ada tahapan yang harus dipersiapkan," kata Brian dalam diskusi Polemik Trijaya, Sabtu (11/7/2020).

Menurut dia, masyarakat harus paham, bahwa pembukaan sektor-sektor publik, semua harus memastikan protokol kesehatan diterapkan terus. Seperti pakai masker, jaga jarak, cuci tangan dengan sabun ataupun hand sanitizer.

"Pemahaman menggunakan 'new normal' sendiri, karena ada unsur bahasa asingnya, kemudian tidak mudah dipahami, diterjemahkan sebagai adaptasi kebiasaan baru. Jadi yang ditonjolkan bukan situasinya, tapi perilaku kita yang harus disesuaikan dengan situasi yang terjadi. Perilaku yang bisa membatasi atau menghindari transimisi persebaran lebih lanjut dari orang ke orang, supaya tidak terinfeksi atau terpapar virus ini," ungkap Brian.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bukan Inkonsistensi

Selain itu, kata dia, sikap dan kebijakan pemerintah terus berubah untuk merespon perkembangan situasi, bukan inkonsistensi.

"Kebijakan berubah bukan berarti inkonsisten, tapi ini adalah respons terhadap situasi perkembangan yang terjadi," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya