Madrid - Real Madrid dan Barcelona bersaing ketat memenangkan gelar Liga Spanyol 2019-20. Akhir musim yang mendebarkan pun berpeluang terulang lagi.
Hingga jornada 34, Real Madrid masih memimpin empat poin atas Barcelona di klasemen. Namun, segalanya sangat mungkin terjadi jika tidak fokus hingga akhir musim.
Advertisement
Inkonsistensi jadi persoalan utama Barcelona musim ini. Dalam beberapa pertandingan, anak asuh Quique Setien kerap mendapat hasil minor yang seharusnya bisa dihindari.
Sementara Real Madrid, meski pada sejumlah laga cuma menang tipis, tambahan tiga poin jadi hal utama. Konsistensi mereka, ditambah belum adanya kejutan dari lawan-lawannya membuat El Real mantap memuncaki klasemen.
Kendati demikian, tidak ada yang dapat memprediksi bagaimana akhir musim ini. Dalam beberapa kesempatan, akhir musim La Liga melahirkan kejutan.
Berikut ini lima musim paling mendebarkan di Liga Spanyol dalam 30 tahun terakhir:
Saksikan Video Liga Spanyol di Bawah Ini
1993-1994 – Barcelona Menyalip Deportivo La Coruna pada Pertandingan Terakhir
Barcelona menggagalkan Real Madrid meraih gelar juara di musim 1991/92 dan 1992/93, tapi pertandingan terakhir musim 1993/94 lebih dramatis.
Deportivo La Coruna bersaing untuk meraih gelar La Liga pertama mereka setelah memimpin klasemen selama berbulan-bulan, dan butuh menang atas Valencia di kandang untuk memastikan gelar juara. Depor yang gugup dalam pertandingan itu, menyia-nyiakan beberapa peluang, dan skor masih 0-0 di jeda pertandingan.
Di belahan Spanyol lainnya, di Camp Nou, Barcelona berhasil menang 5-2 atas Sevilla. Johan Cruyff dan timnya berkumpul di pinggir lapangan untuk mendengarkan radio di saat pemain sayap Depor, Nando, dijatuhkan di kotak penalti.
Donato yang biasa mengambil tendangan penalti, sudah digantikan oleh pemain lainnya, sehingga bek Miroslav Đukić, maju sebagai eksekutor, tapi tendangannya dapat dihalau oleh kiper Valencia, José Luis González. Barcelona langsung melakukan selebrasi, dan itu adalah akhir musim yang pahit bagi Depor dan Đukić.
Advertisement
1999-2000 – Deportivo La Coruna Kunci Gelar Juara
Deportivo kembali mendapatkan peluang untuk memenangi gelar di musim 1999-2000, dan mulai memimpin klasemen sejak pekan ke-12. Dengan lima pertandingan tersisa, Depor unggul dua poin dari Barcelona, dan Zaragoza, Alavés, Valencia, dan Real Madrid juga masih mungkin untuk memenangi gelar musim itu.
Dalam dua pertandingan tersisa, persaingan gelar juara hanya milik Barcelona dan Deportico La Coruna, dan keduanya mendapat hasil imbang 0-0 melawan Real Sociedad dan Racing Santander. Dan gelar juara musim itu lagi-lagi ditentukan di pertandingan terakhir.
Kali ini, Deportivo berhasil mengunci gelar juara. Donato mencetak gol di menit ke-3 untuk menenangkan mental tim, dan penyerang Roy Makaay berhasil menggandakan keunggulan sebelum jeda pertandingan. Barcelona tertekan dan tertahan imbang 2-2 oleh Celta Vigo hingga akhir pertandingan.
Selebrasi diadakan di kandang Depor, Stadion Riazor, dan selebrasi musim tersebut makin dramatis mengingat kegagalan mereka beberapa tahun sebelumnya.
2006-2007 – Reyes Sang Super Sub
Barcelona dan Real Madrid bersaing sengit di musim 2006-2007, dengan Sevilla dan Valencia juga bersaing untuk meraih gelar. Hasil imbang 3-3 di El Clásico bulan Maret, pertandingan di mana Lionel Messi yang berusia 19 tahun mencetak hattrick – memastikan gelar juara diperebutkan hingga akhir.
Dengan dua pertandingan tersisa, Barcelona asuhan Frank Rijkaard dikejutkan oleh gol penyeimbang Raúl Tamudo yang dikenal dengan ‘Tamudazo’ untuk memberikan keunggulan pada Real Madrid. Real Madrid juga dikejutkan oleh Mallorca di pertandingan terakhir, di mana Mallorc berhasil mencetak gol pembuka, sedangkan Barça sudah menang 5-1 atas Tarragona, tim yang juga sudah dipastikan degradasi.
Kembali ke Bernabéu, pelatih Los Blancos saat itu, Fabio Capello, mengganti David Beckham dengan José Antonio Reyes, yang berhasil mencetak dua gol untuk membawa Madrid menang 3-1 dan meraih gelar La Liga dengan cara yang dramatis.
Advertisement
2013-2014 – Sundulan Godín Membawa Atlético Juara
Musim 2013-2014 memberikan kejutan lainnya, di mana Barcelona, Real Madrid, dan Atlético de Madrid secara bergantian memimpin klasemen. Atlético adalah tim yang paling konsisten, di mana pelatih Diego Simeone mengatakan mereka menjalani “pertandingan demi pertandingan”.
Ketiga tim sama-sama pernah kalah: Barcelona kalah dari Granada, Atlético kalah dari Levante, dan Real Madrid juga kalah dari Celta. Gelar juara musim itu ditentukan di pertandingan terakhir, di mana Atlético di puncak klasemen unggul tiga poin dari Barcelona di peringkat dua, dan Atlético harus tandang ke Camp Nou dan akan menjadi juara asalkan mereka tidak kalah.
Alexis Sánchez membawa Barcelona unggul, akan tetapi sundulan Diego Godín membuat skor imbang. Gol Lionel Messi di menit-menit akhir dianulir, dan Atlético akhirnya merengkuh gelar pertama mereka sejak musim 1995-1996.
2016-2017 – Ronaldo Bawa Madrid Juara
Real Madrid memulai musim dengan meyakinkan dan diunggulkan untuk menjadi juara La Liga musim 2016/17, musim di mana Ronaldo mencetak banyak gol. Namun, Barcelona tak mudah menyerah, dan hattrick Messi dalam kemenangan 3-2 di El Clásico membawa Barcelona masih bersaing ketat dengan Madrid.
Pelatih Los Blancos, Zinedine Zidane, terus merotasi timnya, dan tetap meraih kemenangan walaupun menurunkant im kedua yang berisikan nama-nama besar seperti James Rodríguez, Álvaro Morata, dan Mateo Kovačić.
Tetapi Messi tampaknya sedang dalam misi pribadi untuk menggagalkan Madrid juara. Messi mencetak gol kemenangan melawan Atlético de Madrid, dan mencetak dua gol dalamkemenangan 3-0 atas Sevilla.
Real Madrid memiliki pertandingan krusial, dan kemenangan 4-1 atas Celta membawa mereka unggul tiga poin di pertandingan terakhir. Gol ke-14 Ronaldo dalam sembilan pertandingan La Liga membantu Madrid menang 2-0 di Málaga, dan memastikan gelar pertama Real Madrid setelah lima musim.
Sumber: La Liga
Disadur dari Bola.com (Penulis / Editor Gregah Nurikhsani, Published 11/7/2020)
Advertisement