Liputan6.com, Jakarta - Dewan Keamanan (DK) PBB, Jumat malam (10/7), tidak mampu memecahkan kebuntuan yang akan menentukan nasib operasi bantuan lintas batas dari Turki ke barat laut Suriah yang membantu tiga juta orang.
Setelah dua putaran pemungutan suara pada rancangan resolusi saingannya Jumat, operasi kemanusiaan tampaknya diambang berakhir, tanpa izin untuk terus berlanjut. Pemungutan suara itu dilakukan setelah perdebatan seminggu penuh, veto dan perundingan, tetapi tidak ada kompromi.
Baca Juga
Advertisement
Rusia dan China memveto rancangan resolusi Jumat sore. Hal itu yang didukung oleh 13 anggota dewan lainnya yang juga memperluas operasi di dua titik persimpangan selama enam bulan lagi, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Senin (13/7/2020).
DK PBB bertemu kembali empat jam kemudian untuk mendengar hasil pemungutan suara atas proposal Rusia yang mengizinkan satu penyeberangan selama satu tahun. Proposal itu gagal mendapatkan cukup dukungan dengan hanya empat suara yang mendukung, yaitu Rusia, China, Afrika Selatan, dan Vietnam. Sedangkan tujuh menentang dan empat lainnya abstain.
Pertemuan Dewan Keamanan PBB menyetujui gencatan senjata global untuk menangani pandemi Covid-19. Setelah kegagalan kedua, para diplomat mengatakan dewan kembali pada konsultasi tertutup untuk membahas langkah selanjutnya.
PBB dan mitra bantuannya mengatakan sekitar tiga juta orang di Suriah barat laut mendapat bantuan yang dikirim melalui dua penyeberangan, yang dikenal sebagai Bab al-Salam dan Bab al-Hawa.
Rancangan dari Jerman dan Belgia, yang menyimpan arsip kemanusiaan Suriah di DK, menyerukan perpanjangan izin selama enam bulan lagi dari dua penyeberangan sampai Januari sebuah kompromi dari permintaan mereka sebelumnya untuk satu tahun.
Para diplomat mengatakan akan terus mengupayakan solusi.
Simak video pilihan berikut:
UNHCR: Jumlah Pengungsi Hampir 80 Juta di Seluruh Dunia
Badan pengungsi PBB (UNHCR) melaporkan lebih dari sembilan juta orang lagi mengungsi akibat persekusi dan konflik tahun 2019, sehingga jumlah pengungsi di seluruh dunia mencapai rekor 79,5 juta orang. Angka yang besar itu muncul dalam laporan tahunan Global Trends, yang dirilis sebelum Hari Pengungsi Sedunia 20 Juni.
Lebih dari satu persen manusia atau satu dari setiap 97 orang di bumi hidup dalam pengungsian. Badan pengungsi PBB menganggap masalah ini sangat memprihatinkan.
UNHCR mencatat sebagian besar dari hampir 80 juta orang yang mengalami konflik di negaranya, menjadi pengungsi di dalam negeri, sementara 29,6 juta adalah pengungsi yang mencari suaka ke negara lain.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi mengatakan, sebagian besar pengungsi tidak mencari suaka di negara-negara kaya, tetapi melarikan diri ke negara-negara terdekat. Ia mengatakan, 85 persen ditampung oleh negara-negara berkembang yang miskin.
Petugas kesehatan menyemprotkan disinfektan untuk mencegah perebakan Covid-19 di kamp pengungsi Suriah di Marjayoun, Lebanon.
Advertisement