Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyebut terdapat investasi hingga Rp 708 triliun yang masuk ke Indonesia. Namun ternyata investasi ini tak jalan semua alias ada yang mangkrak.
“Rp 708 triliun ini adalah investasi yang sudah masuk ke Indonesia, ada yang 2 tahun, ada yang 3 tahun, ada yang 5 tahun, ada yang 7 tahun,” ujar Bahlil dalam Launching dan Diskusi buku Pandemi Corona: Virus Deglobalisasi Masa Depan Perekonomian Global dan Nasional, Senin ( 13/7/2020).
Advertisement
Bahlil menyebutkan tiga hal yang menyebabkan investasi tersebut mangkrak. Pertama adalah alokasi sektoral. Kedua, adanya aturan yang tidak sinkron antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
“Tetapi apakah bupati, gubernur itu salah? tidak salah, karena juga dikasih kewenangan oleh Undang-Undang Otonomi Daerah untuk membuat aturan-aturan turunan,” kata Bahlil.
Sehingga, lanjut dia, tidak perlu heran ketika tidak ada aturan yang sinkron satu sama lain.
Sedangkan untuk menyebab ketiga adalah praktik di lapangan yang menghambat investasi seperti pungli dan lainnya. “Dan yang ketiga adalah persoalan permainan lapangan,” sebut Bahlil.
“Ada hantu berdasi dan tidak berdasi. Mereka itu seperti angin tapi tidak bisa dirasakan,” imbuh Bahlil mengumpamakan faktor yang menghambat investasi tersebut.
Sebagian Telah Diselesaikan
Bahlil melanjutkan, BKPM mampu membuat investasi yang mangkrak tersebut kembali jalan. Namun memang, sampai saat ini belum semuanya atau Rp 708 triliun bisa terealisasikan. Baru ada sekitar Rp 410 triliun yang telah difasilitasi oleh BKPM.
“Sejak Oktober sampai Juni kemarin, dari Rp 708 triliun investasi mangkrak, sudah terealisasi sebesar Rp 410 triliun atau mencapai 58 persen,” jelasnya.
Adapun rinciannya, Bahlil membeberkan perusahaan yang selesai difasilitasi, diantaranya:
- Rosneft Rp 211,9 triliun
- Lotte Chemical Rp 61,2 triliun
- Vale Rp 39,2 triliun
- YTL Power Rp 38 triliun
- Hyundai Rp 21,7 triliun
- Kobexindo Rp 14 triliun
- Nindya Rp 9,5 triliun
- Tenaga Listrik Bengkulu (TLB) Rp 5,2 triliun
- Galempa Sejahtera Berama Rp 2 triliun,
Selain itu, jug ada Masdar, Minahasa Cahaya Lestari, dan Sumber Mutiara Indah Perdana (SMIP), masing-masing sebesar Rp 1,8 triliun. Kemudian Malindo Rp 1,1 triliun, serta lainnya Rp 1,4 triliun.
Advertisement