Liputan6.com, Srebrenica - Aktris dan aktivis kemanusiaan Angelia Jolie ikut memperingati 25 tahun pembantaian umat Muslim di Srebrenica di Bosnia-Herzegrovina. Tragedi itu berlangsung pada Juli 1995 saat Perang Bosnia berkecamuk.
Angelina Jolie berkata pembantaian Srebrenica tidak terjadi begitu saja. Tragedi itu dinilai sebagai hasil kebencian dan prasangka yang dipupuk sejak lama oleh ujaran kebencian. Retorika demikian masih dipakai oleh pemimpin hingga kini.
Baca Juga
Advertisement
"Ini dimulai dengan prasangka dan dsiksiminasi dengan ujaran kebencian yang menggambarkan buruk masyarakat mereka dan memperlakukan mereka seperti bukan manusia," ujar Angelina Jolie dalam video eksklusif di Harper's Bazaar, Senin (13/7/2020).
"Hal tersebut disebarkan oleh pemimpin-pemimpin yang menggunakan kebohongan untuk membuat ketakutan, untuk menggiring masyarakat agara setuju dengan kekerasan. Kencenderungan ini masih ada di dunia kita dan bahayanya masih sama," ia melanjutkan.
Pasukan yang dipimpin Jenderal Ratko Mladić melakukan pembersihan etnis kepada lebih dari 8.000 umat Muslim di Srebrenica. Saat ini Mladić sedang menjalani hukuman penjara seumur hidup.
Angelina Jolie turut berpesan agar perilaku kebencian tersebut dapat selalu dilawan. Aktris pemenang Oscar itu optimistis bahwa generasi muda bisa menantang perilaku diskriminasi dan persekusi.
"Generasimu bisa melawan ini, dan memang sudah dilakukan. Ini memberikan saya harapan," ucapnya.
"Kamu bisa menolak diskriminasi," kata Jolie yang turut menyampaikan simpati ke anak-anak Srebrenica yang kehilangan orang tua dalam pembantaian.
Pada 2014, Angelina Jolie sempat berkunjung ke Bosnia-Herzegrovina sebagai duta besar goodwill PBB. Ia juga merupakan warga kehormatan di Sarajevo, ibu kota dari negara Balkan itu.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Peringatan 25 Tahun Tragedi Srebrenica
Penyintas, keluarga korban, dan sejumlah pemimpin dunia --yang hadir secara virtual-- memperingati 25 tahun pembantaian Srebrenica di Bosnia akhir pekan ini, yang dimulai pada Sabtu 11 Juli 2020.
Pembantaian itu merupakan genosida di Eropa yang diakui sejak Perang Dunia II dan memperingatkan penolakan terus-menerus dari para pelaku untuk sepenuhnya mengakui tanggung jawab mereka.
Berbicara pada upacara peringatan untuk ribuan korban pembantaian, yang diadakan di pusat peringatan dan pemakaman di luar Srebrenica, seorang pejabat tinggi Bosnia memperingatkan bahwa tingkat pembantaian 1995 masih secara sistematis disangkal meskipun ada bukti yang tak terbantahkan tentang apa yang terjadi.
"Saya menyerukan kepada teman-teman kami dari seluruh dunia untuk menunjukkan, tidak hanya dengan kata-kata tetapi juga dengan tindakan, bahwa mereka tidak akan menerima penolakan genosida dan perayaan para pelakunya," kata Sefik Dzaferovic, pemimpin Muslim Bosnia dalam sistem kepresidenan tripartit Bosnia-Herzegovina, seperti dikutip dari AP pada hari Minggu kemarin.
"Genosida Srebrenica ditolak (oleh para pemimpin Serbia) sama sistematis dan cermatnya seperti yang dieksekusi pada 1995 ... kami berutang bukan hanya pada Srebrenica, tetapi juga pada kemanusiaan, untuk menentang itu," tambahnya.
Pada Juli 1995, setidaknya 8.000 laki-laki dan anak-anak mayoritas Muslim dipisahkan oleh pasukan Serbia dari istri, ibu dan saudara perempuan mereka, mengejar melalui hutan di sekitar Srebrenica dan dibunuh oleh pasukan itu dalam apa yang dianggap sebagai pembantaian terburuk di tanah Eropa sejak Holocaust era Nazi Jerman.
Pembunuhan besar-besaran adalah episode paling brutal dari perang 1992-95 di Bosnia, yang dimulai setelah pecahnya Yugoslavia. Lebih dari 100.000 orang, mayoritas dari mereka warga sipil Muslim Bosnia, tewas dalam perang antara Serbia Bosnia, Kroasia dan Muslim sebelum kesepakatan damai ditengahi pada 1995.
Setelah membunuh korban mereka di Srebrenica seperempat abad yang lalu, tentara Serbia Bosnia membuang mayat mereka di banyak kuburan massal yang tersebar di sekitar kota timur dalam upaya untuk menyembunyikan bukti kejahatan.
Berkat upaya forensik internasional, bagian tubuh masih ditemukan di lubang kematian, disatukan, dan diidentifikasi melalui analisis DNA. Hampir 7.000 dari mereka yang tewas telah ditemukan dan diidentifikasi.
Advertisement