Sinar UV Terbukti Bisa Bunuh Virus Corona COVID-19, Ini Penjelasannya Secara Sains

Sinar UV diklaim bisa membunuh Virus Corona COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 13 Jul 2020, 21:00 WIB
Petugas berkostum alat pelindung diri mengoperasikan sinar ultraviolet (UV) untuk sterilisasi rangkaian kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta di Depo LRT Kelapa Gading, Senin (29/6/2020). Teknologi sinar UV dimanfaatkan untuk sterilisasi kereta dari paparan Covid-19. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Sinar ultraviolet telah digunakan untuk menghentikan patogen selama beberapa dekade. 

Tetapi apakah itu dapat bekerja melawan SARS-CoV-2 atau pandemi Virus Corona COVID-19?

Jawaban singkatnya adalah ya. 

Tetapi dibutuhkan jenis UV yang tepat dalam dosis yang tepat, dan diberikan oleh para profesional terlatih. Dengan kata lain, banyak perangkat sinar ultraviolet di rumah yang mengklaim dapat membunuh SARS-CoV-2. Demikian seperti dikutip dari laman Live Science, Senin (13/7/2020). 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, radiasi UV dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis berdasarkan panjang gelombang: UVA, UVB dan UVC. Hampir semua radiasi UV yang mencapai Bumi adalah UVA, karena sebagian besar sinar UVB dan semua sinar UVC diserap oleh lapisan ozon.

Dan UVC, yang memiliki panjang gelombang terpendek dan energi tertinggi, yang dapat bertindak sebagai desinfektan. 

"UVC telah digunakan selama bertahun-tahun, ini bukan hal baru," ujar Indermeet Kohli, seorang ahli fisika yang mempelajari fotomedis dalam bidang dermatologi di Rumah Sakit Henry Ford di Detroit.

UVC pada panjang gelombang tertentu yakni 254 nanometer, telah berhasil digunakan untuk menonaktifkan influenza H1N1 dan Virus Corona baru lainnya, seperti virus pernapasan akut (SARS-CoV) dan Sindrom Pernafasan Timur Tengah (MERS-CoV), katanya. 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:


Mampu Merusak DNA

Lampu sinar ultraviolet (UV) untuk sterilisasi rangkaian kereta Light Rail Transit (LRT) Jakarta di Depo LRT Kelapa Gading, Senin (29/6/2020). Sterilisasi dari paparan Covid-19 dilakukan setiap malam usai kereta melayani penumpang dengan waktu penyinaran selama 15 menit. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

UVC-254 berfungsi karena panjang gelombang ini menyebabkan lesi pada DNA dan RNA. Paparan UVC-254 yang cukup merusak DNA dan RNA sehingga mereka tidak dapat mereplikasi, secara efektif membunuh atau menonaktifkan mikroorganisme atau virus. 

"Data yang mendukung teknologi ini, kemudahan penggunaan, dan sifat non-kontak" dari UVC menjadikannya alat yang berharga di tengah pandemi, kata Kohli. 

Tetapi penggunaan yang bertanggung jawab dan akurat sangat penting. 

Kemampuan merusak DNA UVC membuatnya sangat berbahaya bagi kulit dan mata manusia, kata Kohli. 

Dia memperingatkan bahwa teknologi desinfeksi UVC harus diserahkan ke fasilitas medis dan dievaluasi keamanan dan kemanjurannya oleh tim yang memiliki keahlian dalam bidang fotomedik dan fotobiologi. 

Ketika berbicara tentang lampu UVC rumahan, kemampuan mereka untuk merusak kulit dan mata bukan satu-satunya bahaya, menurut Dr. Jacob Scott, seorang dokter peneliti di Departemen Riset Hematologi dan Penelitian Onkologi di Klinik Cleveland. 

Perangkat ini juga memiliki kontrol kualitas yang rendah, yang berarti tidak ada jaminan bahwa Anda benar-benar menghilangkan patogen, katanya.  

"UVC memang membunuh virus, titik, tetapi masalahnya adalah Anda harus mendapatkan dosis yang cukup," kata Scott. 

"Khususnya, untuk masker N95, dibutuhkan dosis UVC-254 nm yang cukup besar untuk menghilangkan SARS-CoV-2. Akurasi semacam ini tidak dimungkinkan dengan perangkat di rumah," jelasnya lagi. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya