Kepala BKPM Bahlil Lahadalia: Dampak Pandemi Corona Sangat Terstruktur, Sistematis, dan Masif

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa pandemi Corona membuat masalah baru di sektor ekonomi, sosial hingga politik.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2020, 15:05 WIB
Bahlil Lahadalia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan dampak pandemi Corona ke ekonomi sebuah negara sangat terstruktur, sistematis dan masif (TSM). Pandemi Corona ini juga membuat masalah baru di sektor ekonomi, sosial hingga politik.

"Covid ini hadir betul-betul mempunyai dampak terstruktir, sistemik, dan masif yang mana meluluhlantakkan sendi sendi inovatif terhadap bangsa dan negara," tutur dia saat menyampaikan Keynote Speech di acara Launching Buku Pandemi Corona: Virus Deglobalisasi, Masa Depan Perekonomian Global dan Nasional, Jakarta, Senin (13/7/2020).

Bahlil Lahadalia menilai, hari ini pandemi dalam perspektif kesehatan sangat mengkhawatirkan. Namun dampaknya akan lebih jauh lagi pasca Covid-19. "Kondisi ekonomi sudah pasti akan hancur," ujar dia.

Pandemi ini membuat masing-masing negara berusaha untuk memenuhi kebutuhan domestik. Sebab ini salah satu strategi untuk mempertahankan diri bagi tiap negara.

Hal lainnya, Bahlil Lahadalia melihat ini pergerakan barang dan orang akan mengalami penurunan antar negara. Setidaknya akan terjadi dalam waktu minimal 1-3 tahun.

Selain barang, pergerakan orang juga akan berkurang. Sebab orang mulai ragu dan mempertanyakan kondisi negara tujuan aman atau tidak dari penyebaran virus corona.

"Selain barang, (pergerakan) orang pun akan berkurang. Orang mulai ragu benar enggak nih satu negara ini aman?" ungkap Bahlil Lahadalia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Maksimalkan Ekonomi Lokal

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di samping itu masing-masing negara akan memaksimalkan ekonomi lokal untuk bertahan di masa pandemi. Sehingga saat ini sudah banyak daerah melakukan gerakan menanam pangan lokal untuk bertahan hidup.

"Kalau di Papua itu orang kaya makan beras, kalau makan singkong itu dianggap orang tidak kaya dan sekarang kebalikan," kata Bahlil.

Dalam buku yang dikeluarkan INDEF ini, Bahlil melihat ada beberapa pergolakan yang terjadi terkait pandemi di Indonesia. Situasi ketidakpastian ini terpotret dalam pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan mengalami kontraksi antara minus 4,9 sampai minus 3 persen.

"Bahkan di beberapa negara berkembang juga diproyeksikan akan minus," ungkap Bahlil.

 


Ekonomi Indonesia

Kondisi ini juga sudah mulai terasa di tanah air. Akibat pandemi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal-I 2020 berada di angka 2,97 persen.

Padahal saat itu, diperkirakan Covid-19 masuk ke Indonesia hanya dua pekan. Bahlil memperkirakan kondisi ini pertumbuhan ekonomi akan turun drastis bahkan sampai minus pada kuartal-II tahun 2020.

"Kalau di kuartal II kemungkinan besar sudah minus," singkat Bahlil.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya