Honda Gandeng Perusahaan Cina untuk Baterai Mobil Listrik

Honda dan Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) telah menandatangani perjanjian untuk membentuk aliansi strategi komprehensif untuk kendaraan energi baru.

oleh Arief Aszhari diperbarui 14 Jul 2020, 07:03 WIB
Mobil listrik Honda (ist)

Liputan6.com, Jakarta - Honda dan Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL) telah menandatangani perjanjian untuk membentuk aliansi strategi komprehensif untuk kendaraan energi baru (NEV, istilah Cina untuk EV dan PHEV). Kerja sama ini, untuk memperkuat kemitraan strategis keduanya dan mempopulerkan kendaraan listrik.

Melansir Paultan, perjanjian ini akan memungkinkan kedua perusahaan untuk memulai diskusi tentang berbagai bidang, termasuk pengembangan bersama pasokan yang stabil dan daur ulang, dan penggunaan kembali baterai kendaraan listrik.

Perjanjian tersebut, termasuk gerakan Honda untuk mengakuisisi 1 persen saham CATL yang terdaftar di Shenzen, yang membuat produsen mobil ini menjadi mitra strategis terkemuka CATL.

"Ini akan memungkinkan Honda untuk mengamankan pasokan baterai yang stabil dengan produk unggulan dan daya saing biaya," tulis perusahaan.

Sementara itu, model Honda pertama yang dilengkapi dengan baterai CATL dijadwalkan akan diluncurkan di Cina pada 2022.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


R&D

Selain itu, Honda dan pembuat baterai lithium-ion ini akan melakukan pengembangan bersama untuk membuat baterai NEV, dan melakukan pengembangan dan riset menjadi teknologi mendasar untuk masa depan.

"Honda adalah pemain kunci dalam elektrifikasi global. Melalui kerja sama strategis ini, CATL dan Honda akan membangun kemitraan global yang lebih kuat. Kami bekerja bersama untuk menghasilkan produk dan solusi yang lebih kompetitif untuk elektrifikasi global, dan untuk akhirnya mencapai gaya mobilitas yang bersih dan menyenangkan, "kata presiden CATL Zhou Jia.

 


Rencana Honda Menyambut Era Mobil Listrik di Indonesia

Perlahan tapi pasti, era mobil listrik akan datang ke Indonesia. Meskipun demikian, PT Honda Prospect Motor memilih untuk menunggu.

Alasannya? Sarana pengecasan yang masih belum jelas, hingga potensi menurunnya perkembangan dealer, jadi kekhawatiran utamanya.

“Wajarnya ke hybrid dulu. Kalau langsung ke mobil listrik, masalahnya sangat banyak. Secara teknologi, Honda punya. Tapi secara infrastruktur, apakah bisa atau tidak,” jelas Jonfis Fandy, Direktur Pemasaran dan Purna Jual PT Honda Prospect Motor (HPM), saat ditemui, beberapa waktu lalu di Karawang.

Ia menjabarkan, HPM lebih percaya pada teknologi hybrid yang sudah terbukti. Honda CRZ, sportscar bermesin hibrida (kombinasi mesin cetus api dan motor listrik), terjual dengan baik dan tanpa masalah. Konsumen pun bisa menggunakannya tanpa infrastruktur khusus, karena mobil ini masih menggunakan bahan bakar biasa.

“Hybrid tidak masalah, karena kami sudah pernah ada CRZ. Tapi untuk mobil listrik masih kami pelajari,” tutur Jonfis. Dirinya pun memaparkan persiapan-persiapan yang harus dilakukan. Mulai dari pelaku pembangun fasilitas pengecasan, infrastruktur energi untuk menyuplai dayanya, hingga durasi pengisian yang masih belum masuk akal untuk penggunaan sehari-hari.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya