Perubahan Budaya Jadi Fokus Perusahaan di Asia Pasifik untuk Percepat Transformasi Digital

Para eksekutif di APAC menilai perubahan budaya menjadi hal terpenting dari tiga strategi modernisasi, bersama dengan teknologi dan proses bisnis.

oleh M Hidayat diperbarui 14 Jul 2020, 09:00 WIB
Logo Red Hat. Kredit: Red Hat

Liputan6.com, Jakarta - Penyedia solusi sumber terbuka Red Hat mengumumkan hasil penelitian Harvard Business Review Analytic Services. Penelitian ini mengeksplorasi perjalanan transformasi dan inovasi perusahaan di Asia Pasifik (APAC), dengan latar belakang global.

Studi bertajuk "Understanding APAC’s Success in Digital Transformation" itu melakukan survei terhadap 143 eksekutif bisnis dari berbagai industri, termasuk jasa keuangan, TIK, dan sektor manufaktur di Asia Pasifik.

Menurut studi ini, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik telah menerapkan transformasi digital sebagai strategi. Ini tidak hanya dalam rangka menunjang pertumbuhan, tetapi juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya.

Temuan penting laporan tersebut meliputi:

  • Sebanyak 95% eksekutif di APAC mengatakan transformasi digital semakin penting selama 18 bulan terakhir.
  • Sebanyak 80% pemimpin bisnis di APAC menyatakan perubahan budaya dan modernisasi teknologi sebagai dua hal yang sama pentingnya di dalam transformasi digital.
  • Sebanyak 40% eksekutif di APAC mengatakan mereka mengembangkan dan menghadirkan aplikasi-aplikasi baru di pasar lebih cepat dibandingkan dengan 23% eksekutif di bagian dunia lain.

Para eksekutif di Asia Pasifik menilai perubahan budaya menjadi hal terpenting dari tiga strategi modernisasi, bersama dengan teknologi dan proses bisnis. Maka, jika hal ini diabaikan, ia akan menjadi hambatan signifikan terhadap keberhasilan transformasi.

"Perusahaan-perusahaan di Asia-Pasifik telah menjadi teladan dalam mendorong transformasi digital berbasis teknologi untuk mendukung perubahan budaya," ujar Sajeeve Bahl, VP and Head, Services, di Red Hat APAC.

Menurut Sajeeve, para perusahaan mengadopsi prinsip-prinsip sumber terbuka seperti pada budaya perusahaan mereka sekarang, antara lain kolaborasi (44 persen), inklusivitas (42 persen), kemampuan beradaptasi (41 persen), dan transparansi (40 persen).


Temuan lainnya

Studi ini juga mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan yang ingin berhasil melakukan transformasi digital perlu mendukung inisiatif perubahan budaya mereka di samping berupaya memodernisasi infrastruktur dan arsitektur aplikasi mereka. Dengan menggabungkan dua inisiatif tersebut, perusahaan-perusahaan di Asia Pasifik dapat:

  • Mengadopsi metode integrasi/penyediaan berkelanjutan yang dianggap vital (75 persen)
  • Dengan cepat mengembangkan dan menghadirkan aplikasi baru (40 persen)
  • Merespons permintaan pelanggan dengan cepat (39 persen)
  • Memperbarui sistem dengan efisien (39 persen)
  • Mengontrol biaya pemeliharaan (39 persen)

Metodologi

Penelitian ini digagas oleh Red Hat dan merupakan bagian dari studi global berjudul "Rethinking Digital". Harvard Business Review Analytic Services melakukan survei terhadap 690 pembaca HBR (pembaca majalah/newsletter, pelanggan, pengguna HBR.org) dan 143 di antaranya berasal dari Asia-Pasifik. Para responden memegang berbagai fungsi pekerjaan di banyak industri termasuk manufaktur, jasa keuangan, teknologi, dan jasa konsultasi.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya